Sarekat Islam dan Semangat Merdeka dari Sumatera Timur





Sarekat Islam dan Semangat Merdeka dari Sumatera Timur
Diterbitkan oleh
Prof. Dr. Drs. Budi Agustono M.S
Diterbitkan pada
Senin, 29 Juli 2024


Penelitian ini memberikan wawasan baru tentang bagaimana Sarekat Islam memanfaatkan berbagai metode dan strategi untuk mempengaruhi kehidupan sosial dan politik di Sumatera Timur. Keberhasilan mereka dalam menggalang dukungan melalui media dan perjuangan untuk hak-hak pekerja memberikan pelajaran berharga tentang cara organisasi-organisasi sosial-politik dapat memanfaatkan media untuk mencapai tujuan mereka.
Di balik gemerlapnya perjuangan kemerdekaan Indonesia, terdapat banyak cerita yang belum terungkap sepenuhnya. Salah satunya adalah peran penting Sarekat Islam (SI) di Sumatera Timur melalui gerakan pers Benih Mardeka, yang sering kali terlupakan dalam buku-buku sejarah utama. Penelitian yang ditulis oleh Agustono dan kawan-kawan dari Universitas Sumatera Utara dan Junaidi dari Universitas Gadjah Mada akan membawa pembacanya menyelami sisi tersembunyi dari perjuangan Sarekat Islam di wilayah ini, mengungkapkan bagaimana mereka meninggalkan jejak yang mendalam melalui beberapa metode penelitian.
Penelitian ini dibuat menggunakan metode sejarah, yang terdiri dari empat tahap, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Heuristik digunakan untuk pengumpulan dokumen, seperti dokumen dan laporan resmi pemerintah sebagai sumber primer. Surat kabar seperti Benih Mardeka, Soeara Djawa, dan Sumatra Post digunakan sebagai sumber sekunder. Setelah pengumpulan data, dilakukan verifikasi, kritik internal dan eksternal terhadap temuan data. Oleh karena itu, data diinterpretasikan sehingga dinarasikan dalam historiografi.
Gerakan pers awal di Sumatera Timur tidak sebesar gerakan serupa di Jawa pada tahun 1910-an. Gerakan pers Sumatera yang dimulai oleh pribumi dan orang Cina seperti Pewarta Deli dan Andalas tidak banyak menerbitkan artikel terkait kesejahteraan pribumi, pendidikan publik, dan keadilan sosial. Surat kabar-surat kabar ini lebih bersifat komersial. Namun, gerakan pers berikutnya di Sumatera Timur berkembang lebih nasionalis. Mobilitas orang dan informasi yang cepat menyebabkan munculnya identitas nasional, rasa menjadi suatu bangsa karena penggunaan bahasa Melayu (Indonesia) sebagai bahasa tulisan.
Gerakan pers di Sumatera Timur menemukan momentumnya dalam munculnya gagasan nasionalis di antara berbagai organisasi. Munculnya isu-isu terkait ketidaksetaraan ekonomi dan masalah sosial menjadi pokok perdebatan di dunia pers Sumatera karena terbentuknya dua kubu, satu mendukung pemerintah kolonial dan perusahaan perkebunan dan yang lainnya mendukung kepentingan publik dan keadilan.
Pada tahun 1916 didirikanlah sebuah surat kabar yang diberi nama Benih Mardeka. Surat kabar ini dibentuk dengan tujuan untuk memperhatikan kondisi sosial dan politik Hindia Belanda, terutama Sumatera Timur. Surat kabar ini bisa dianggap sebagai alat atau organ Sarekat Islam di Sumatera Timur. Secara eksplisit, hal ini tidak dinyatakan. Namun, surat kabar ini menerbitkan banyak berita Sarekat Islam. Hal ini mungkin karena sebagian besar editor Benih Mardeka adalah tokoh-tokoh penting dalam organisasi tersebut. Editor utama pertama adalah Mohamad Samin, seorang Minang yang juga komisaris Sarekat Islam Sumatera Timur.
Benih Mardeka melaporkan mengenai kongres Sarekat Islam dan masalah pekerja perkebunan di Sumatra Timur pada awal abad ke-20. Mereka fokus pada kondisi buruk pekerja kontrak, masalah hukum yang dihadapi anggota Sarekat Islam, serta perjuangan untuk hak-hak pekerja seperti penghapusan kerja paksa dan peningkatan kesejahteraan. Surat kabar ini bekerja sama dengan berbagai organisasi untuk mempublikasikan tuntutan perubahan dan memperjuangkan keadilan bagi pekerja.
Tokoh sentral dalam Sarekat Islam di Sumatera Timur adalah Mohamad Samin, seorang pemimpin yang memainkan peran kunci dalam memperluas pengaruh organisasi ini. Mohamad Samin adalah jembatan antara Sarekat Islam di Jawa dan Sumatera. Kepemimpinannya membawa angin segar bagi perjuangan sehingga menjadikannya lebih efektif di Sumatera Timur. Mohamad Samin dikenal sebagai sosok yang tidak hanya berfokus pada politik tetapi juga pada pemberdayaan sosial-ekonomi masyarakat. Keberaniannya untuk berbicara menentang ketidakadilan sosial dan ekonomi mengukuhkan perannya sebagai pelopor reformasi di wilayah tersebut.
Melalui berbagai kegiatan dan kebijakan yang diusungnya, Sarekat Islam berperan penting dalam menyuarakan hak-hak buruh, memperjuangkan pembagian tanah yang adil, dan melawan praktik eksploitasi yang merugikan rakyat. Mereka memanfaatkan forum-forum umum, seperti pertemuan dan kongres, untuk mendiskusikan dan mendorong perubahan. Dengan berfokus pada masalah ketidakadilan sosial dan penindasan, Benih Mardeka menjadi simbol penting dalam gerakan kemerdekaan Indonesia, menyuarakan suara rakyat dan mendorong perubahan sosial di Sumatera Timur.
Penelitian ini mengungkapkan keunikan dan kebaruan yang belum banyak diketahui. Salah satunya adalah bagaimana Sarekat Islam mengintegrasikan perjuangan politik dengan masalah sosial dan ekonomi. Temuan utama termasuk peran Mohamad Samin sebagai penghubung antara Jawa dan Sumatera serta strategi efektif penggunaan media untuk mempromosikan agenda Sarekat Islam.
Keberhasilan Sarekat Islam dalam memanfaatkan surat kabar sebagai alat penyampaian ide dan mobilisasi dukungan adalah salah satu aspek yang menarik untuk dikaji. Penelitian ini juga menyoroti bagaimana Sarekat Islam berfokus pada hak-hak pekerja dan reformasi sosial, yang menunjukkan bahwa perjuangan mereka tidak hanya terbatas pada kemerdekaan politik tetapi juga melibatkan perubahan sosial yang mendalam.
Penelitian ini memberikan wawasan baru tentang bagaimana Sarekat Islam memanfaatkan berbagai metode dan strategi untuk mempengaruhi kehidupan sosial dan politik di Sumatera Timur. Keberhasilan mereka dalam menggalang dukungan melalui media dan perjuangan untuk hak-hak pekerja memberikan pelajaran berharga tentang cara organisasi-organisasi sosial-politik dapat memanfaatkan media untuk mencapai tujuan mereka.
Selain itu, penelitian ini juga menyoroti pentingnya memahami konteks sosial dan ekonomi dalam perjuangan kemerdekaan. Dengan melihat bagaimana Sarekat Islam menghadapi ketidakadilan sosial dan ekonomi di tingkat lokal, kita dapat lebih memahami kompleksitas perjuangan kemerdekaan yang melibatkan berbagai aspek kehidupan masyarakat.
Detail Paper
- Departemen Sejarah, Universitas Sumatra Utara, Medan, Indonesia
- Departemen Sejarah, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia