A11Y

HOME

MENU

CARI

Mendorong Inovasi Kayu Cepat Tumbuh

Diterbitkan Pada09 Desember 2025
Diterbitkan OlehDavid Kevin Handel Hutabarat
Mendorong Inovasi Kayu Cepat Tumbuh
Copy Link
IconIconIcon

Mendorong Inovasi Kayu Cepat Tumbuh

 

Diterbitkan oleh

David Kevin Handel Hutabarat

Diterbitkan pada

Selasa, 09 Desember 2025

Logo
Download

Artikel ini mengulas riset multidisipliner yang mengembangkan teknologi impregnasi CA–BA–PS untuk meningkatkan kekuatan dan stabilitas kayu jabon, kayu cepat tumbuh yang sebelumnya dianggap kurang kompetitif. Temuan ini membuka jalan bagi pemanfaatan kayu rakyat sebagai material rekayasa berkelanjutan dengan nilai industri tinggi.

Dalam sebuah artikel ilmiah berjudul Enhancing Jabon (Anthocephalus cadamba) Laminated Board Properties with Impregnation of Citric Acid, Boric Acid, and Polystyrene, tertera nama-nama peneliti dari berbagai institusi di Indonesia dan Malaysia. Namun di antara deretan itu, nama Rudi Hartono muncul sebagai penulis korespondensi—posisi yang secara diam-diam menegaskan perannya sebagai motor intelektual dalam riset ini. Bagi dunia rekayasa biomaterial, kehadiran peneliti muda seperti Rudi menunjukkan bahwa inovasi bukan hanya tumbuh di pusat-pusat riset mapan, tetapi juga di perguruan tinggi yang berkomitmen memperkuat sains terapan bagi kebutuhan industri dan keberlanjutan.


Penelitian tentang jabon ini berangkat dari kegelisahan yang telah lama mengemuka di sektor kehutanan: bagaimana meningkatkan nilai kayu cepat tumbuh tanpa menambah tekanan pada hutan alam? Jabon—kayu ringan yang tumbuh subur di hutan rakyat—sering dianggap “kelas dua” karena kekuatan dan stabilitasnya yang terbatas. Ia tumbuh cepat, mudah dibudidayakan, dan memiliki potensi ekonomi besar, tetapi tidak cukup kuat untuk digunakan pada aplikasi struktural yang lebih kompleks. Di sinilah tantangan itu melekat, dan dari sinilah Rudi mengawali langkah penelitiannya. “Kita bisa memanfaatkan kayu rakyat untuk menghasilkan produk bernilai tinggi. Kuncinya pada teknologi,” ungkapnya dalam percakapan akademik membahas arah riset biomaterial tropis.


Membaca puluhan studi sebelumnya, Rudi menyadari bahwa sebagian besar penelitian hanya fokus pada satu jenis impregnasi kaya polimer atau satu senyawa penguat. Hampir tidak ada pendekatan yang memadukan tiga agen berbeda untuk menciptakan efek sinergis. Dari hasil perenungan ilmiahnya, lahirlah ide untuk mengombinasikan citric acid (CA), boric acid (BA), dan polystyrene (PS) sebagai agen impregnasi kayu. Pendekatan ini bertumpu pada pemahaman ilmiah mendalam tentang struktur dinding sel kayu, interaksi kimiawi bahan aktif, dan kebutuhan mekanis yang harus dicapai agar jabon mampu bersaing dengan kayu komersial kelas tinggi. Rudi melihat peluang bahwa citric acid dapat menjadi crosslinker alami yang memperkuat jaringan internal, boric acid memberikan ketahanan biologis, dan polystyrene menambah kekakuan serta stabilitas dimensi. Di atas kertas, ide itu logis; di laboratorium, konsep itu diuji dengan serangkaian eksperimen panjang.


Proses formulasi impregnasi menjadi salah satu tantangan terbesar. Kayu cepat tumbuh memiliki pori besar yang sangat bervariasi, sehingga penetrasi bahan tidak selalu merata. Karena itu, tim yang dipimpin Rudi merancang protokol teknis yang presisi, memastikan distribusi bahan kimia masuk seragam pada struktur kayu sebelum tahap laminasi. Pada fase ini, pemahaman Rudi tentang mikrostruktur kayu berperan besar: ia memastikan setiap sampel diuji ketat melalui pemindaian struktur sel dan pengujian mekanis yang saling menopang. Setelah berbulan-bulan percobaan, hasilnya tampak nyata. Jabon yang sebelumnya rapuh dan mudah berubah bentuk kini menunjukkan peningkatan signifikan: lebih kuat, lebih stabil, lebih tahan terhadap kelembapan, dan lebih tahan terhadap serangan organisme perusak. Impregnasi CA–BA–PS menciptakan transformasi struktural yang tidak hanya tampak pada permukaan kayu, tetapi sampai pada level selulosa dan lignin yang menopang material itu sendiri.


Data empiris menunjukkan peningkatan modulus elastisitas, kekuatan lentur, dan penurunan pengembangan tebal secara signifikan. Polystyrene menutup pori-pori kayu dan meningkatkan kekakuan, citric acid menciptakan ikatan silang pada dinding sel, sementara boric acid meningkatkan ketahanan biologis. Kombinasi ini belum pernah diuji sebelumnya pada jabon laminated board, dan inovasi tersebut menjadi capaian penting bagi industri kayu rekayasa (engineered wood) Indonesia. Dalam banyak kesempatan, Rudi menekankan bahwa keberhasilan ini bukan sekadar kenaikan angka pada tabel hasil uji, tetapi pembuktian bahwa kayu rakyat dapat “naik kelas” melalui teknologi yang tepat guna dan ramah lingkungan.


Penelitian ini mencerminkan kontribusi penting Rudi sebagai peneliti yang mampu menjembatani ilmu dasar dengan aplikasi industri. Ia tidak hanya memahami struktur kayu dari perspektif ilmiah, tetapi mampu menerjemahkannya menjadi solusi material yang relevan bagi pasar. Jabon yang telah dimodifikasi ini berpotensi digunakan untuk panel furnitur, komponen interior, hingga material konstruksi ringan yang saat ini sangat dibutuhkan oleh industri. Dengan sifat mekanis yang meningkat, jabon kini memiliki peluang untuk menjadi sumber bahan baku berkelanjutan yang mengurangi ketergantungan terhadap kayu hutan alam. Inilah bentuk inovasi yang tidak hanya bersifat teknis, tetapi juga memberi dampak ekologis dan sosial yang luas.


Rudi juga memperlihatkan kemampuan dalam mengelola kolaborasi multidisiplin dan multiinstitusi. Penelitian ini melibatkan universitas besar di Indonesia dan Malaysia, serta peneliti lintas bidang, mulai dari kimia kayu, teknologi hasil hutan, hingga rekayasa material. Kolaborasi seperti ini mencerminkan posisi Indonesia sebagai salah satu pusat penelitian biomaterial tropis, dan Rudi memainkan peran sentral sebagai penghubung antarbidang. Ia tidak hanya memimpin analisis ilmiah, tetapi juga memastikan bahwa riset ini menghasilkan luaran yang berguna bagi sektor industri, baik pada tingkat mikro seperti usaha furnitur rakyat, maupun pada tingkat makro yang berkaitan dengan pembangunan industri hijau.


Kontribusinya dalam kajian ini memperlihatkan bagaimana penelitian dapat menjadi strategi pembangunan yang kuat: inovasi kayu rekayasa tidak hanya menghasilkan produk, tetapi juga memberi jalan bagi ekonomi sirkular, pemanfaatan limbah kayu, peningkatan nilai tambah, serta substitusi bahan impor. Lebih dari itu, penelitian seperti ini memperkuat posisi Indonesia sebagai negara pemimpin dalam riset biomaterial tropis—sebuah bidang yang semakin relevan dalam menghadapi krisis iklim dan meningkatnya kebutuhan material terbarukan.


Di balik analisis data, pencitraan mikrostruktur, dan uji mekanis, riset ini juga adalah kisah tentang visi masa depan. Rudi percaya bahwa kayu cepat tumbuh seperti jabon bukanlah material pinggiran. Ia adalah aset yang selama ini belum sepenuhnya dimaksimalkan. Dengan teknologi yang tepat, kayu rakyat dapat menjadi bagian dari industri konstruksi modern yang lebih hijau, dan Indonesia dapat mengembangkan standar baru dalam manufaktur biomaterial.


Di banyak negara maju, inovasi kayu rekayasa telah menjadi tulang punggung pembangunan berkelanjutan. Indonesia, sebagai salah satu negara dengan keanekaragaman hayati terbesar di dunia, memiliki peluang besar bila mampu mengembangkan teknologi yang menambah nilai pada sumber daya tropisnya. Rudi Hartono, melalui penelitiannya, menunjukkan bahwa peluang itu nyata dan dapat dicapai melalui kerja ilmiah yang teliti, kolaborasi yang kuat, dan visi jangka panjang yang tidak hanya melihat kayu sebagai komoditas, tetapi sebagai solusi.


Penelitian ini berdiri sebagai kontribusi penting dalam peta riset material Indonesia. Ia bukan sekadar laporan ilmiah, tetapi fondasi bagi lahirnya inovasi lanjutan: penggunaan resin alami sebagai alternatif polimer sintetik, optimasi impregnasi untuk aplikasi struktural yang lebih berat, hingga pengujian ketahanan jangka panjang dalam kondisi tropis yang ekstrem. Dari riset ini, terbuka pula kemungkinan untuk membuat papan laminasi berbasis jabon sebagai material bangunan modular, furnitur premium, bahkan komponen industri kreatif yang membutuhkan stabilitas tinggi.


Pada akhirnya, kontribusi Rudi Hartono bukan hanya pada data-data yang tercetak di jurnal ilmiah, tetapi pada gagasan besar yang ia dorong: bahwa inovasi biomaterial tropis adalah masa depan, bahwa kayu rakyat bisa menjadi pilar keberlanjutan, dan bahwa Indonesia dapat menjadi pusat inovasi rekayasa material berbasis sumber daya alam berkelanjutan. Dari laboratorium, dari papan uji mekanis, hingga publikasi ilmiah internasional, gagasan itu kini mendapatkan bentuknya—sebuah langkah maju bagi ilmu pengetahuan, bagi industri, dan bagi masa depan kehutanan Indonesia.

SDGsSDGs 9

Detail Paper

JurnalPolymers
JudulEnhancing Jabon (Anthocephalus cadamba) Laminated Board Properties with Impregnation of Citric Acid, Boric Acid, and Polystyrene
PenulisRudi Hartono (1), Raynata Andini Br Tarigan (1), Muhammad Navis Rofii (2), Ihak Sumardi (3), Aprilia Kartikawati (4), Jajang Sutiawan (4), Falah Abu (5,6), A. M. Radzi (7)
Afiliasi Penulis
  1. Departemen Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia
  2. Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia
  3. Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung, Indonesia
  4. Pusat Riset Biomassa dan Bioproduk, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Cibinong, Indonesia
  5. Faculty of Applied Sciences, Universiti Teknologi MARA (UiTM), Shah Alam, Selangor, Malaysia
  6. Smart Manufacturing Research Institute (SMRI), Universiti Teknologi MARA (UiTM), Shah Alam, Selangor, Malaysia
  7. Institute of Tropical Forestry and Forest Product (INTROP), Universiti Putra Malaysia (UPM), Serdang, Selangor, Malaysia

Fitur Aksesibilitas

  • Grayscale

  • High Contrast

  • Negative Contrast

  • Text to Speech

icon

Mengobrol dengan

Halo USU

Halo,
Dengan Layanan Bantuan USU
Ada yang bisa kami bantu hari ini?
- Admin