Menata Strategi Inovasi Perempuan Pengusaha

Menata Strategi Inovasi Perempuan Pengusaha
Diterbitkan oleh
David Kevin Handel Hutabarat
Diterbitkan pada
Selasa, 09 Desember 2025

Artikel ini mengulas penelitian mendalam tentang strategi inovasi dan keunggulan bersaing perempuan pengusaha di Medan dengan menyoroti peran human capital, digitalisasi, dan tantangan sosial budaya. Temuan penelitian menghadirkan framework strategis untuk memperkuat UMKM perempuan dan mendorong kebijakan pemberdayaan yang lebih inklusif.
Dalam lanskap kewirausahaan Indonesia yang terus berubah, peran perempuan pelaku usaha kini menjadi pusat perhatian dalam diskursus ekonomi nasional. Di tengah dinamika digitalisasi, transformasi sumber daya manusia, dan tuntutan inovasi yang semakin kompleks, penelitian ilmiah hadir sebagai alat penting untuk memetakan persoalan, merumuskan strategi, dan memastikan bahwa pertumbuhan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) tidak hanya berjalan, tetapi mampu bersaing secara berkelanjutan. Hal inilah yang menjadi titik berangkat studi Success Strategies for Womenpreneurs to Improve Innovative Performance and Competitive Advantage—sebuah penelitian kolaboratif yang melibatkan lima akademisi lintas universitas, dengan Ritha F. Dalimunthe sebagai penulis koresponden sekaligus pendorong utama kerangka konseptual penelitian ini.
Sebagai akademisi Universitas Sumatera Utara yang lama meneliti isu pemberdayaan ekonomi perempuan dan transformasi kewirausahaan sosial, Ritha membawa perspektif strategis terkait bagaimana kapasitas perempuan pengusaha dapat diperkuat melalui pendekatan human capital, digitalisasi, dan inovasi. Di tangan Ritha, penelitian ini bukan sekadar laporan empiris tentang kondisi pelaku usaha perempuan di Medan; ia berubah menjadi kerangka analitis yang mendalam mengenai fondasi daya saing UMKM perempuan di era ekonomi digital.
Penelitian ini bermula dari satu pertanyaan mendasar: mengapa perempuan pengusaha, meskipun jumlahnya signifikan, masih menghadapi hambatan dalam meningkatkan daya saing dan inovasi? Data dari KemenKopUKM menegaskan bahwa UMKM mempekerjakan hampir 97% tenaga kerja di Indonesia serta menyumbang lebih dari 60% PDB nasional—dan sebagian besar digerakkan oleh perempuan. Namun paradoksnya, perempuan pelaku usaha sering kali menghadapi hambatan struktural seperti rendahnya literasi digital, kualitas SDM, akses permodalan, dan kemampuan inovasi.
Ritha melihat celah ini sebagai ruang ilmiah yang harus diisi, bukan hanya demi kontribusi akademik, tetapi juga sebagai bentuk tanggung jawab sosial universitas terhadap masyarakat. Bersama tim, ia mengembangkan studi yang tidak hanya menganalisis perilaku perempuan pengusaha, tetapi juga mengajukan framework strategis untuk peningkatan inovasi dan daya saing.
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif–kualitatif yang memperkuat analisis mendalam. Dengan melibatkan 57 perempuan pengusaha di Kota Medan melalui wawancara mendalam, Focus Group Discussion (FGD), observasi lapangan, dan survei terstruktur, Ritha memastikan bahwa data yang terkumpul tidak berhenti pada angka, tetapi menangkap kompleksitas pengalaman perempuan dalam menjalankan bisnis.
Pendekatan FGD juga membuka ruang dialog antara UMKM perempuan, pemerintah daerah, komunitas wirausaha, dan akademisi. Keterlibatan multipihak ini mencerminkan visi Ritha bahwa penelitian harus menghubungkan universitas dengan ekosistem sosial-ekonomi lebih luas.
Salah satu kontribusi penting penelitian ini adalah kemampuannya memetakan tantangan UMKM perempuan dengan kerangka teoretis yang kuat.
1. Readiness dan Kapasitas Mental Pengusaha
Ritha menggarisbawahi bahwa kesiapan wirausaha bukan hanya soal keterampilan teknis, tetapi juga psychological capital: rasa percaya diri, keberanian mengambil risiko, kemampuan mengelola tekanan, dan keyakinan pada potensi diri. Temuan bahwa lebih dari 70% responden memiliki kemampuan problem-solving yang tinggi menunjukkan adanya modal psikologis yang kuat—modal yang perlu difasilitasi, bukan diabaikan.
2. Human Resource Quality
Mayoritas perempuan pengusaha sudah mulai melibatkan karyawan dalam pelatihan dan pembaruan SOP, namun banyak yang belum mampu mengoptimalkan manajemen SDM sebagai pilar inovasi. Di sinilah Ritha menekankan pentingnya Human Capital Transformation—konsep yang meletakkan SDM sebagai pusat keunggulan bisnis.
3. Digitalisasi sebagai Poros Daya Saing Modern
Lebih dari setengah responden sudah memanfaatkan teknologi, termasuk media sosial, tetapi belum sepenuhnya memahami strategi branding digital dan pemanfaatan teknologi sebagai alat transformasi bisnis. Bagi Ritha, digitalisasi bukan sekadar penggunaan gawai, tetapi mekanisme untuk memperluas jaringan, meningkatkan nilai tambah produk, dan meningkatkan resiliensi bisnis.
Data penelitian menunjukkan tingkat kesadaran inovasi yang sangat tinggi (lebih dari 96% responden). Namun, inovasi belum diimbangi oleh kemampuan menciptakan metode kerja baru secara konsisten. Ritha membaca ini sebagai fenomena double burden yang dialami perempuan pengusaha—dalam banyak kasus, perempuan menjalankan dua peran sekaligus: pelaku usaha dan penopang utama pekerjaan domestik.
Dalam konteks ini, inovasi bukan hanya soal kreativitas, tetapi juga soal struktur sosial yang mempengaruhi kapasitas perempuan untuk berkreasi. Penelitian ini memberi lensa baru pada bagaimana konteks sosial budaya ikut membentuk pola inovasi UMKM perempuan.
Ritha menekankan bahwa competitive advantage tidak lahir dari satu dimensi, tetapi dari integrasi berbagai strategi inovasi produk, peningkatan kualitas, perencanaan pemasaran, kemampuan membaca peluang bisnis, tanggung jawab penuh terhadap operasional usaha. Temuan bahwa 97% perempuan pengusaha memiliki komitmen tinggi terhadap tanggung jawab bisnis menjadi bukti bahwa faktor internal perempuan adalah fondasi penting bagi keberlanjutan usaha.
FGD mengungkap isu nyata UMKM perempuan di Medan. Beberapa diantaranya adalah kesulitan memperoleh sertifikasi halal sebelum batas waktu Oktober 2024, ketimpangan durability produk UMKM Medan dibanding produk serupa dari Pulau Jawa, pentingnya teknologi seperti vacuum frying, peran komunitas (IWAPI, Forum Muslimah) sebagai penyedia modal sosial, serta kebutuhan dukungan pemerintah untuk alat produksi dan pelatihan teknis.
Di sinilah kontribusi Ritha sebagai akademisi terlihat: ia tidak hanya mengumpulkan data, tetapi membaca pola yang dapat menjadi dasar rekomendasi kebijakan. Penelitian ini menyediakan argumentasi ilmiah bahwa pemberdayaan UMKM perempuan harus ditempatkan sebagai bagian dari strategi pembangunan ekonomi daerah.
Menyusun Framework: Human Capital Transformation & Social Entrepreneur Strengthening
Dua konsep kunci yang ditawarkan Ritha dan timnya menjadi inti penting penelitian ini:
1. Human Capital Transformation Framework
Kerangka ini menekankan peningkatan:
• literasi digital,
• manajemen SDM,
• kemampuan adaptasi,
• pemahaman inovasi.
2. Social Entrepreneur Strengthening
Pendekatan ini melihat UMKM perempuan bukan sekadar entitas ekonomi, tetapi aktor sosial yang mempengaruhi kesejahteraan keluarga dan struktur komunitas.
Dari sisi kedalaman akademik, kedua kerangka ini menunjukkan kemampuan Ritha mengintegrasikan teori ekonomi, manajemen, dan sosial ke dalam rekomendasi strategis berbasis data.
Kontribusi Akademik dan Signifikansi Penelitian
Penelitian ini tidak hanya memperkaya literatur tentang UMKM perempuan, tetapi juga memberikan kontribusi penting bagi pengembangan kebijakan UMKM daerah, penguatan ekosistem wirausaha perempuan, literasi digital UMKM, dan studi kewirausahaan berbasis gender.
Sebagai penulis koresponden, Ritha F. Dalimunthe menjadi figur sentral dalam merumuskan narasi ilmiah yang elegan dan relevan untuk kebutuhan pembangunan ekonomi daerah. Ia tidak hanya menghadirkan analisis, tetapi juga memetakan solusi yang dapat diterapkan oleh pemangku kepentingan.
Detail Paper
- Universitas Sumatera Utara (USU), Medan, Indonesia
- Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Indonesia