Pengembangan Bundel Pembuluh Darah dari Limbah Batang Kelapa Sawit sebagai Bahan Baku Benang Komersial





Pengembangan Bundel Pembuluh Darah dari Limbah Batang Kelapa Sawit sebagai Bahan Baku Benang Komersial
Diterbitkan oleh
David Kevin Handel Hutabarat
Diterbitkan pada
Rabu, 08 November 2023


Penelitian ini mengembangkan bundel pembuluh darah dari limbah batang kelapa sawit menjadi benang komersial melalui metode mekanis dan kimia. Studi ini membandingkan kekuatan tarik, karakteristik serat, serta kinerja hasil tenunan untuk menghasilkan bahan ramah lingkungan bernilai tambah.
Pengembangan bundel pembuluh darah dari limbah batang kelapa sawit dilakukan untuk menghasilkan produk bernilai tambah berupa benang komersial. Paten sebelumnya yang mendasari penelitian ini adalah paten bernomor IDS000006288 tentang metode pemisahan bundel pembuluh darah batang kelapa sawit dengan menggunakan pressure cooker. Ada pula produk Kasart, yakni produk komersial berupa kayu kelapa sawit artistik yang saat ini beredar di pasaran. Tujuan penelitian ini adalah membuat ikatan pembuluh darah yang telah dipisahkan dari parenkimnya dan diubah menjadi benang dengan metode mekanis dan kimia, kemudian dibandingkan sifat dan karakteristiknya.
Metode mekanis dilakukan dengan menggiling bundel pembuluh pada dua pelat berputar (rotary plate) hingga serat-serat penyusunnya terurai satu per satu. Serat yang dihasilkan kemudian dipelintir menjadi 2–3 serat untuk menghasilkan benang panjang yang berkesinambungan. Perekat dapat ditambahkan saat proses pemintalan agar benang yang dihasilkan lebih kuat. Perekat yang digunakan adalah styrofoam termoplastik yang dicairkan dengan pelarut organik. Karakterisasi kedua jenis benang tersebut (tanpa dan dengan perekat) meliputi uji kekuatan tarik dan pengamatan prototipe hasil tenunan menggunakan ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin).
Metode kimia yang dipilih adalah proses pulping standar menggunakan digester dengan larutan NaOH 3% (b/v) pada perbandingan 4:1 (b/b) (NaOH 3% : bundel pembuluh). Serat yang dihasilkan berupa serat stapel yang belum diputihkan. Serat stapel ini kemudian dipintal untuk menghasilkan benang panjang dan berkesinambungan. Sebagai perbandingan, serat stapel diputihkan dengan natrium hipoklorit komersial. Karakterisasi kedua jenis benang (tanpa dan dengan pemutihan) meliputi uji kekuatan tarik dan pengamatan prototipe hasil tenunan menggunakan ATBM.
Untuk mendukung pembahasan publikasi, dilakukan pula pengujian rendemen, kadar air, kadar selulosa, kadar hemiselulosa, dan kadar lignin pada masing-masing jenis benang yang dihasilkan (empat jenis: mekanis tanpa perekat, mekanis dengan perekat, kimia tanpa pemutih, dan kimia dengan pemutihan).
Detail Paper
- Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara