Model Kelembagaan Mitigasi Bencana Banjir Berbasis Masyarakat di Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara





Model Kelembagaan Mitigasi Bencana Banjir Berbasis Masyarakat di Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara
Diterbitkan oleh
David Kevin Handel Hutabarat
Diterbitkan pada
Sabtu, 02 Desember 2023


Artikel ini membahas faktor-faktor penyebab banjir di Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat, seperti kemiringan lereng, curah hujan, penggunaan lahan, dan kedekatan dengan sungai. Hasil kajian menunjukkan beberapa desa masuk kategori rawan hingga sangat rawan banjir, sehingga diperlukan model kelembagaan mitigasi bencana berbasis masyarakat.
Kemiringan lereng yang mendatar hingga curam akan memengaruhi genangan air saat terjadi hujan ekstrem. Biasanya air mengalir dari elevasi tinggi ke elevasi rendah, sehingga kemiringan memengaruhi limpasan dan infiltrasi. Daerah datar pada elevasi rendah lebih cepat tergenang banjir dibandingkan daerah dengan elevasi tinggi dan lereng curam. Secara alami, lereng dan elevasi rendah memiliki bobot tinggi sebagai daerah yang berpotensi banjir. Lereng curam juga sangat memengaruhi respon limpasan air hujan; curah hujan berlebih akan lebih cepat mengalir dan menghasilkan debit puncak yang lebih tinggi karena sedikit kemungkinan meresap ke dalam tanah, sehingga sungai berpotensi meluap dengan aliran deras. Sebaliknya, lereng datar cenderung lambat menyerap air hujan. Kecamatan Bahorok merupakan lokasi dengan tingkat lereng yang agak curam.
Kerawanan banjir dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kemiringan lereng, penggunaan lahan, curah hujan, aliran sungai, serta kondisi meteorologi (intensitas, distribusi, frekuensi, dan lama hujan) dan karakteristik daerah aliran sungai (ketinggian lahan, tekstur tanah, dan bentuk lahan). Wilayah rawan banjir tersebar di beberapa desa di Kecamatan Bahorok. Tiga desa dengan kategori rawan hingga sangat rawan adalah Desa Lau Damak (luas 1.786,23 ha), Desa Batu Jong-jong (luas 1.287,71 ha), diikuti Desa Timbanglawang, Perkebunan Bungara, dan Ujung Bandar. Secara teoritis, bahaya banjir tidak hanya terkait dengan tutupan lahan, tetapi juga melibatkan curah hujan, tekstur tanah, bentuk lahan, kelerengan, dan jarak dari sungai. Sebagian besar lokasi banjir berada di dekat aliran sungai.
Detail Paper
- Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara