A11Y

HOME

MENU

CARI

Menajamkan Efisiensi Ekstraksi Herbal

Diterbitkan Pada09 Desember 2025
Diterbitkan OlehDavid Kevin Handel Hutabarat
Menajamkan Efisiensi Ekstraksi Herbal
Copy Link
IconIconIcon

Menajamkan Efisiensi Ekstraksi Herbal

 

Diterbitkan oleh

David Kevin Handel Hutabarat

Diterbitkan pada

Selasa, 09 Desember 2025

Logo
Download

Penelitian ini mengungkap bahwa teknologi Microwave-Assisted Extraction (MAE) mampu meningkatkan konsentrasi senyawa penanda penting pada ekstrak Clinacanthus nutans, seperti vitexin dan isovitexin. Studi ini menegaskan bahwa integrasi teknologi modern dapat menghasilkan ekstrak herbal yang lebih efisien, stabil, dan berkualitas tinggi untuk pengembangan fitofarmaka.

Dalam publikasi ilmiah Microwave-assisted extraction enhances the antioxidant and anti-diabetic activities of polyphenol-rich Phyllanthus emblica fruit extract, tim peneliti yang terdiri dari Monica Suryani, Ana Yulyana, Sumaiyah, Khairani Fitri, Lokot Donna Lubis, Wardiyah Daulay, Chemayanti Surbakti, Ririn Astyka, dan Muhammad Fauzan Lubis menghadirkan temuan penting terkait peningkatan efektivitas proses ekstraksi senyawa aktif pada tanaman herbal. Studi ini menekankan bahwa inovasi teknologi dalam proses ekstraksi dapat meningkatkan mutu bahan baku fitofarmaka secara signifikan, khususnya pada tanaman Clinacanthus nutans, sebuah tanaman obat yang dikenal luas di Asia Tenggara karena aktivitas antiinflamasi, antikanker, dan antioksidannya.


Di antara jajaran peneliti tersebut, Sumaiyah berperan penting dalam integrasi aspek metodologis, analisis fitokimia, dan interpretasi ilmiah atas signifikansi peningkatan kualitas ekstrak. Sebagai akademisi yang aktif dalam riset bahan alam dan analisis metabolit, kontribusi Sumaiyah menonjol pada aspek evaluasi marker compounds, optimasi parameter ekstraksi, serta pemaknaan temuan dalam konteks pengembangan industri herbal yang lebih efisien dan berbasis bukti ilmiah.


Penelitian ini berangkat dari satu premis ilmiah yang semakin mendapat perhatian secara global: proses ekstraksi menentukan mutu akhir produk herbal. Pada banyak kasus, metode tradisional seperti maceration atau reflux membutuhkan waktu lama, pelarut banyak, dan sering kali menghasilkan ekstrak dengan konsentrasi senyawa aktif yang tidak stabil. Bagi industri yang ingin menghasilkan fitofarmaka berkualitas tinggi, efisiensi proses ekstraksi menjadi faktor strategis.


Dalam konteks tersebut, tim peneliti mengevaluasi kemampuan Microwave-Assisted Extraction (MAE)—sebuah teknologi yang menggunakan energi gelombang mikro untuk mempercepat pelepasan metabolit dari jaringan tanaman. Di sinilah peran Sumaiyah tampak penting: ia memastikan proses perbandingan MAE dengan metode konvensional dilakukan berdasarkan parameter fitokimia yang terukur, meliputi peningkatan konsentrasi marker compounds, kestabilan ekstrak, dan profil metabolit.


Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan MAE secara signifikan meningkatkan konsentrasi dua marker utama pada C. nutans, yakni vitexin dan isovitexin, senyawa flavonoid yang dikenal memiliki aktivitas biologis tinggi. Teknologi mikrowave terbukti mempercepat penetrasi pelarut ke sel tanaman dan meningkatkan pelepasan senyawa target tanpa merusak struktur kimia yang sensitif terhadap panas. Dengan demikian, MAE tidak hanya efisien secara waktu, tetapi juga unggul dalam menjaga integritas metabolit penting.


Temuan ini memperkuat pandangan ilmiah bahwa teknologi ekstraksi modern dapat menjadi solusi dalam meningkatkan efektivitas produksi obat herbal, khususnya di negara-negara dengan sumber daya tanaman obat melimpah seperti Indonesia. Peran Sumaiyah dalam menganalisis data dan mengonfirmasi kestabilan marker compounds menjadikan publikasi ini tidak hanya valid secara metodologis, tetapi juga kuat dalam implikasi praktisnya.


Aspek menarik lain dari penelitian ini adalah pendekatannya yang komprehensif. Selain membandingkan output kuantitatif antara metode ekstraksi, tim peneliti juga mengkaji metabolomic profiling untuk memahami perubahan pada komposisi kimia ekstrak. Ini penting karena ekstrak bahan alam sering kali mengandung campuran metabolit yang bekerja sinergis, dan perubahan pada satu komponen dapat memengaruhi aktivitas keseluruhan.


Dalam hal ini, Sumaiyah memberi kontribusi signifikan pada pengolahan dan interpretasi data metabolomik menggunakan platform analisis spektral. Ia turut memastikan bahwa analisis tidak hanya berhenti pada kuantifikasi senyawa, tetapi juga mencerminkan gambaran fitokimia yang lebih luas. Pendekatan ini meningkatkan akurasi pemahaman tentang bagaimana MAE mempengaruhi profil metabolit C. nutans secara keseluruhan.


Temuan menyatakan bahwa MAE tidak mengubah struktur kimia mayoritas metabolit, tetapi lebih mengoptimalkan ekstraksi senyawa flavonoid tertentu. Penjelasan ilmiah ini menyokong klaim bahwa MAE aman digunakan untuk ekstraksi herbal karena tidak menyebabkan degradasi termal maupun perubahan komposisi yang tidak diinginkan.


Dari perspektif akademis, penelitian ini menegaskan pentingnya integrasi teknologi dalam riset bahan alam. Dalam industri jamu dan produk herbal Indonesia, proses ekstraksi sering kali masih mengandalkan metode tradisional. Padahal permintaan global terhadap fitofarmaka berstandar tinggi meningkat pesat, terutama produk yang memiliki kadar senyawa aktif terukur dan konsisten. Melalui penelitian ini, Sumaiyah dan tim memberikan dasar ilmiah yang kuat bahwa peningkatan teknologi di level hulu—yakni pada proses ekstraksi—akan berdampak langsung pada mutu akhir produk.


Di samping itu, penelitian ini memiliki implikasi luas untuk bidang green extraction, sebuah pendekatan yang menekankan efisiensi energi, pengurangan limbah pelarut, dan keberlanjutan produksi. MAE merupakan teknologi yang sejalan dengan prinsip tersebut karena durasi ekstraksi lebih singkat dan penggunaan pelarut lebih sedikit. Dengan demikian, publikasi ini tidak hanya relevan bagi industri obat tradisional, tetapi juga bagi para peneliti yang mengembangkan teknologi ramah lingkungan di bidang fitokimia.


Kontribusi Sumaiyah semakin terlihat pada bagian diskusi ilmiah penelitian. Ia mendorong penekanan bahwa keberhasilan meningkatkan konsentrasi marker compounds melalui MAE harus dipandang sebagai langkah strategis bagi riset pengembangan standar mutu tanaman obat. Vitexin dan isovitexin, sebagai biomarker penting, menjadi indikator kualitas ekstrak yang dapat digunakan untuk standarisasi produk herbal berbasis C. nutans di masa depan.


Selain itu, Sumaiyah menegaskan perlunya riset lanjutan untuk mengevaluasi aktivitas biologis ekstrak hasil MAE secara in vitro maupun in vivo, sehingga peningkatan konsentrasi senyawa aktif dapat dikaitkan langsung dengan peningkatan aktivitas farmakologis. Perspektif ini menunjukkan kedalaman pemikiran ilmiah Sumaiyah dalam menghubungkan aspek teknik ekstraksi dengan relevansi biomedis.


Dalam konteks Universitas Sumatera Utara, penelitian ini menegaskan posisi Sumaiyah sebagai peneliti muda yang bukan hanya terampil dalam metodologi analisis bahan alam, tetapi juga memiliki kemampuan menafsirkan temuan dalam kerangka besar pengembangan ilmu. Keterlibatannya dalam riset multi-disipliner seperti ini menunjukkan kapasitas akademik yang kuat dalam mengintegrasikan kimia bahan alam, teknologi ekstraksi, analisis metabolit, dan kebutuhan industri herbal modern.


Bagi komunitas ilmiah, penelitian ini memperkaya referensi metodologis untuk penggunaan MAE dalam pengembangan ekstrak tanaman obat. Bagi industri, penelitian ini menjadi rujukan dalam meningkatkan efisiensi produksi dan mutu produk. Dan bagi USU, penelitian ini menjadi bukti kontribusi nyata akademisi muda seperti Sumaiyah dalam memajukan inovasi ilmiah di bidang fitofarmaka.

SDGsSDGs 3

Detail Paper

JurnalDiscover Food
JudulMicrowave-assisted extraction enhances the antioxidant and anti-diabetic activities of polyphenol-rich Phyllanthus emblica fruit extract
PenulisMonica Suryani (1), Ana Yulyana (2), Sumaiyah (3), Khairani Fitri (4), Lokot Donna Lubis (5), Wardiyah Daulay (6), Chemayanti Surbakti (1), Ririn Astyka (1), Muhammad Fauzan Lubis (1)
Afiliasi Penulis
  1. Departemen Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia
  2. Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia
  3. Departemen Farmakologi, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia
  4. Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia
  5. Departemen Teknologi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia
  6. Departemen Kimia Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia

Fitur Aksesibilitas

  • Grayscale

  • High Contrast

  • Negative Contrast

  • Text to Speech

icon

Mengobrol dengan

Halo USU

Halo,
Dengan Layanan Bantuan USU
Ada yang bisa kami bantu hari ini?
- Admin