Karakteristik Lahan dan Penilaian Kesesuaian Lahan untuk Styrax sp. di Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara, Indonesia





Karakteristik Lahan dan Penilaian Kesesuaian Lahan untuk Styrax sp. di Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara, Indonesia
Diterbitkan oleh
David Kevin Handel Hutabarat
Diterbitkan pada
Selasa, 21 November 2023


Penelitian ini mengevaluasi karakteristik lahan dan kesesuaian lahan untuk tanaman kemenyan (Styrax sp.) di Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara. Hasil analisis menunjukkan beberapa keterbatasan utama seperti media perakaran, retensi hara, ketersediaan air, dan bahaya erosi, yang dapat ditingkatkan melalui perbaikan manajemen tanah dan konservasi.
Kesesuaian lahan untuk tanaman kemenyan di habitat aslinya (Kabupaten Humbang Hasundutan), yang bertujuan menentukan kriteria kesesuaian lahan berdasarkan sifat fisik, kimia, biologi tanah, serta iklim, masih dalam proses analisis data untuk penyusunan kriteria kesesuaian lahan. Beberapa parameter hasil survei dan analisis laboratorium telah ditabulasikan dalam bentuk tabel untuk dianalisis dan dibahas lebih lanjut. Hasil evaluasi lahan tanaman kemenyan di habitat aslinya menjadi luaran wajib dalam penelitian ini.
Hasil evaluasi lahan kemenyan pada lokasi tempat tumbuhnya kemenyan merupakan keluaran tambahan dalam penelitian ini. Kesesuaian lahan berdasarkan sifat biofisik tanah atau sumber daya lahan sebelum dilakukan perbaikan untuk mengatasi kendala disebut kesesuaian lahan sebenarnya. Potensi kesesuaian lahan menggambarkan tingkat kesesuaian lahan yang dapat dicapai jika dilakukan perbaikan pada seluruh satuan lahan.
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa lahan I termasuk dalam kelas cukup sesuai (S2) dengan faktor pembatas media perakaran (rc) dan retensi hara (nr). Lahan II termasuk dalam kelas sesuai marginal (S3) dengan faktor pembatas retensi hara (nr). Ketiga lahan lainnya berada pada kelas cukup sesuai (S2) dengan faktor pembatas ketersediaan udara (wa), retensi hara (nr), dan bahaya erosi (eh).
Faktor pembatas tersebut tergolong berat karena ketersediaan air (wa) dan media perakaran (rc) tidak dapat ditingkatkan secara alami. Namun, retensi unsur hara (nr) dapat ditingkatkan melalui pengapuran tanah, pemberian pupuk organik maupun anorganik, serta penambahan abu hasil pembakaran untuk meningkatkan pH dan kesuburan tanah. Bahaya erosi (eh) dapat diminimalkan dengan menanam tanaman sejajar kontur dan membuat terasering. Potensinya, setelah dilakukan perbaikan, kelas lahan tersebut berada pada kategori cukup sesuai (S3) pada ketiga lahan yang dianalisis.
Detail Paper
- Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara