Inventarisasi Etnobotani sebagai Kearifan Lokal Masyarakat Haloban di Pulau Banyak Barat: Pendekatan Antropolinguistik





Inventarisasi Etnobotani sebagai Kearifan Lokal Masyarakat Haloban di Pulau Banyak Barat: Pendekatan Antropolinguistik
Diterbitkan oleh
David Kevin Handel Hutabarat
Diterbitkan pada
Rabu, 13 Desember 2023


Penelitian ini menginventarisasi pengetahuan etnobotani masyarakat Haloban di Pulau Banyak Barat sebagai bagian dari kearifan lokal untuk pangan, sandang, dan kesehatan. Studi ini juga mendokumentasikan klasifikasi tumbuhan, makna budaya, serta menyusun kamus digital etnobotani berbasis antropolinguistik.
Riset ini menginventarisasi etnobotani yang dimiliki masyarakat penutur bahasa Haloban, salah satu bahasa terancam punah yang mendiami Pulau Tuangku, Kecamatan Pulau Banyak Barat, Kabupaten Aceh Singkil, Provinsi Aceh. Pengetahuan lokal masyarakat setempat dalam memanfaatkan beraneka ragam tumbuhan di sekitarnya untuk kebutuhan pangan, sandang, dan kesehatan dapat digali melalui dokumentasi etnobotani. Belum terdokumentasikannya penggunaan tumbuhan lokal oleh masyarakat Haloban sebagai penutur bahasa terancam punah mendorong tim riset untuk melakukan inventarisasi etnobotani sebagai kearifan lokal masyarakat Haloban.
Terdapat empat tujuan utama penelitian ini, yaitu: (a) mendokumentasikan etnobotani vegetasi alam masyarakat Haloban, (b) melakukan klasifikasi dan morfologi tumbuhan berdasarkan nama lokal, famili, genus, spesies, serta penggunaannya, (c) mendeskripsikan kearifan lokal berdasarkan makna dan nilai etnobotani dalam masyarakat Haloban, dan (d) menyusun kamus leksikon etnobotani dalam bentuk digital.
Riset kolaboratif ini melibatkan interdisiplin antara ilmu linguistik dan komputer yang saling mendukung dan menyempurnakan kajian linguistik terkait dokumentasi, antropolinguistik, serta pembuatan kamus leksikon sebagai korpus. Selain itu, mitra kolaborasi dari Australian National University yang merupakan pakar linguistik dengan rekam jejak penelitian dokumentasi bahasa dan etnobotani juga memberikan dukungan besar.
Secara praktis, hasil riset bermanfaat bagi masyarakat Haloban karena dapat diterapkan langsung, misalnya sebagai bahan ajar berbasis kearifan lokal di sekolah dan sebagai sumber pendataan daerah serta materi penyuluhan terkait botani. Secara teoretis, riset ini berkontribusi dalam bidang linguistik, tradisi lisan, pertanian, komputer, dan bidang lain yang membutuhkan data dasar. Selain itu, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sarana pengembangan potensi ekonomi kearifan lokal masyarakat Haloban untuk dikenal dan dimanfaatkan secara lebih luas, baik di Indonesia maupun dunia.
Detail Paper
- Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara