Analisis Spesies dan Produk Turunan Bambu (Bambuseae) di Berastagi, Kabanjahe, dan Tigapanah, Kabupaten Karo, Sumatera Utara





Analisis Spesies dan Produk Turunan Bambu (Bambuseae) di Berastagi, Kabanjahe, dan Tigapanah, Kabupaten Karo, Sumatera Utara
Diterbitkan oleh
David Kevin Handel Hutabarat
Diterbitkan pada
Selasa, 05 Desember 2023


Artikel ini menganalisis spesies bambu dan produk turunannya di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, khususnya di Berastagi, Kabanjahe, dan Tigapanah. Hasil penelitian menunjukkan dominasi bambu tali, sementara bambu lemang jarang ditemukan akibat rendahnya pemanfaatan oleh masyarakat.
Bambu Talang/Lemang (Schizosrachyum brachycladum) memiliki nilai INP terendah, yakni 2,09, yang termasuk kategori rendah. Hal ini menunjukkan bahwa bambu lemang tidak dominan atau tidak berpengaruh terhadap struktur vegetasi. Bambu talang memiliki nilai frekuensi (F) yang rendah, yakni 0,03, yang menandakan bahwa bambu lemang sangat sulit ditemukan. Kondisi ini dipengaruhi oleh rendahnya pemanfaatan bambu lemang sehingga keberadaannya banyak diberantas oleh masyarakat. Pengambilan sampel lahan bambu dilakukan di lima kecamatan yang disurvei, yaitu Kecamatan Kabanjahe, Kecamatan Berastagi, Kecamatan Tigapanah, Kecamatan Juhar, dan Kecamatan Tigabinanga, Kabupaten Karo.
Kabupaten Karo sendiri memiliki karakteristik ekologi yang sesuai untuk pertumbuhan bambu. Aspek sosial budaya juga berperan besar dalam mengidentifikasi bambu, karena banyak lahan bambu ditemukan berdekatan dengan permukiman masyarakat. Hal ini disebabkan oleh tingginya pemanfaatan bambu untuk berbagai kebutuhan, seperti pagar, keranjang, alat bantu memasak, ajir pertanian, kandang ayam, serta tiang pondok.
Dapat dikatakan bahwa penyebaran bambu cukup merata pada masing-masing jenisnya, namun masih ada spesies yang mendominasi. Indeks kemerataan merupakan fungsi dari indeks keanekaragaman terhadap jumlah jenis yang ditemukan. Artinya, semakin beragam jenisnya, maka peluang ditemukannya individu dari tiap jenis akan semakin kecil. Semakin tinggi indeks keanekaragaman spesies, maka semakin stabil suatu ekosistem. Rendahnya nilai indeks keanekaragaman pada penelitian ini disebabkan oleh adanya spesies yang sangat mendominasi, yaitu bambu tali, di mana 80% dari total rumpun bambu yang ditemukan merupakan bambu tali.
Detail Paper
- Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara