A11Y

HOME

MENU

CARI

Al Jamiyatul Al Wasliyah: Perjalanan Membangun Masyarakat Islam yang Progresif

Diterbitkan Pada13 Februari 2025
Diterbitkan OlehWarjio MA., Ph.D
Al Jamiyatul Al Wasliyah: Perjalanan Membangun Masyarakat Islam yang Progresif
Copy Link
IconIconIcon

Al Jamiyatul Al Wasliyah: Perjalanan Membangun Masyarakat Islam yang Progresif

 

Diterbitkan oleh

Warjio MA., Ph.D

Diterbitkan pada

Kamis, 13 Februari 2025

Logo
Download

Penelitian ini mengkaji strategi pengembangan Al Jamiyatul Al Wasliyah sebagai organisasi masyarakat sipil Islam di Indonesia. Melalui pendekatan historis, studi ini menyoroti peran politik, pendidikan, dan dakwah organisasi dalam membangun peradaban Islam yang inklusif dan moderat.

Sejarah menjadi saksi bisu perjuangan manusia dalam menghadapi tantangan zaman. Dalam perjalanan bangsa Indonesia, sejarah mencatat nama Al Jamiyatul Al Wasliyah sebagai salah satu pilar penting dalam membangun peradaban yang berakar pada nilai-nilai Islam. Organisasi ini bukan sekadar komunitas, tetapi sebuah gerakan besar yang lahir dari semangat menyatukan, mendidik, dan membangun masyarakat yang lebih baik. Berdiri pada tahun 1930 di Medan, Al Wasliyah hadir di tengah keresahan masyarakat Islam yang terpecah oleh perbedaan pandangan. Namun, alih-alih tenggelam dalam konflik internal, Al Wasliyah justru memposisikan dirinya sebagai penghubung untuk menyatukan umat dan mendorong perubahan positif.

 

Pentingnya memahami sejarah inilah yang menjadi alasan peneliti dari Universitas Sumatera Utara yakni Warjio, Junita Setiana Ginting, dan Haykal M. Raihan berkolaborasi dengan peneliti Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Nursapiah Harahap, dan Zaharul Abdullah peneliti dari Pusat Pengajian Pendidikan Jarak Jauh (PPPJJ) Universiti Sains Malaysia (USM) Malaysia. Melalui pendekatan historis, penelitian dengan judul “Development Strategy of Islamic Civil Society Organization (Cso) in Indonesia: A Case of Al Jamiyatul Al Wasliyah” menjelaskan latar belakang dan peran politik organisasi ini dalam pembangunan di Indonesia.

 

Adakah yang lebih membanggakan daripada melihat persatuan dalam keberagaman?

Al Wasliyah berdiri tegak menawarkan jembatan perdamaian diantara umat Islam yang saat itu terpecah antara pandangan tradisionalis dan pandangan modernis. Dengan mengedepankan konsep hablum minallah (hubungan manusia dengan Allah) dan hablum minannas (hubungan manusia dengan sesama manusia), mereka mengajarkan bahwa Islam adalah agama yang menghubungkan, bukan memisahkan. Mereka mengingatkan masyarakat  bahwa perbedaan bukanlah alasan untuk berpecah belah, melainkan peluang untuk saling melengkapi.

 

Perjalanan Al Wasliyah tidak berhenti pada upaya menyatukan umat. Mereka memahami bahwa misi besar lainnya menanti, yaitu ikut serta dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Saat bangsa ini berada di bawah bayang-bayang penjajahan, Al Wasliyah berdiri di garda depan menyatukan umat untuk melawan penindasan. Dalam perjuangan itu, mereka tidak hanya berbicara tentang kebebasan, tetapi juga mempraktikkannya melalui pendidikan dan dakwah. Mereka mengangkat senjata berupa ilmu dan nilai-nilai moral, meyakini bahwa kemerdekaan sejati hanya bisa dicapai jika rakyatnya berilmu dan bermartabat.

 

Setelah Indonesia merdeka, Al Wasliyah menyadari bahwa mempertahankan kemerdekaan sama pentingnya dengan merebutnya. Mereka mulai merambah ranah politik namun bukan sebagai partai. Melalui kader-kadernya,  Al Wasliyah menancapkan pengaruh dengan menduduki posisi strategis di legislatif dan eksekutif. Di sinilah letak kebijaksanaan Al Wasliyah, mereka tidak memandang politik sebagai medan pertempuran tetapi sebagai ladang perjuangan untuk kepentingan umat. Dengan strategi yang moderat, mereka memastikan suara umat tetap terdengar tanpa harus menimbulkan konflik. Bukankah ini adalah esensi dari politik yang luhur, yaitu menjadi alat untuk kebaikan bersama?

 

Di sisi lain, salah satu warisan terbesar Al Wasliyah adalah kontribusinya dalam dunia pendidikan. Mereka percaya bahwa pendidikan adalah fondasi utama untuk membangun masyarakat yang maju. Namun, Al Wasliyah tidak sekadar mendirikan sekolah. Mereka membawa visi besar dengan mengintegrasikan pendidikan agama dan umum. Dengan pendekatan ini, mereka mempersiapkan generasi muda muslim untuk menghadapi tantangan zaman tanpa kehilangan identitas keislaman mereka.

 

“Kita perlu bertanya pada diri sendiri, ada berapa banyak organisasi yang berani mengambil langkah seperti Al Wasliyah?” ujar Warjio.  Mereka tidak hanya mendirikan madrasah di daerah mayoritas Muslim, tetapi juga di wilayah mayoritas non-Muslim seperti Batak Toba. Langkah ini bukanlah perkara mudah. Mereka harus menghadapi tantangan budaya, sosial, bahkan ekonomi. Namun, mereka melakukannya dengan keyakinan bahwa dakwah bukan hanya tentang kata-kata, tetapi juga tentang tindakan nyata yang membawa manfaat bagi semua orang.

 

Tidak hanya itu, keterbukaan Al Wasliyah untuk bekerja sama dengan organisasi lain menjadi teladan yang patut diikuti. Meski berbasis pada mazhab Syafi'i, mereka tidak segan menjalin hubungan baik dengan Muhammadiyah dan organisasi lainnya. Kolaborasi ini menunjukkan bahwa perbedaan bukanlah tembok penghalang, tetapi jendela untuk melihat perspektif baru. Al Wasliyah mengajarkan kita bahwa kekuatan sejati terletak pada persatuan, bukan pada perpecahan.

 

Namun, setiap perjalanan besar pasti menghadapi tantangan. Al Wasliyah pun tidak luput dari hambatan. Penelitian ini menemukan bahwa alah satu masalah utama yang Al Wasliyah hadapi adalah keterbatasan finansial. Sistem keuangan yang terpusat sering kali membatasi inovasi dalam penggalangan dana sehingga membuat mereka sulit untuk menjalankan program-program yang lebih besar. Hal ini mengingatkan kita pada pentingnya kreativitas dalam menghadapi keterbatasan.

 

“Selain itu, perhatian akademis terhadap Al Wasliyah masih minim dibandingkan dengan organisasi lain seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama,” tambah Warjio. Hal ini menjadi tantangan sekaligus peluang. Tantangan karena kontribusi besar mereka sering kali tidak terdokumentasikan dengan baik, tetapi juga peluang untuk memperkenalkan Al Wasliyah kepada khalayak yang lebih luas.

 

Penelitian ini menemukan hasil analisis bahwa Al Wasliyah tetap teguh melangkah ke depan melalui pemahaman bahwa kunci keberhasilan adalah moderasi. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai religius, sosial, dan budaya Islam, mereka telah menciptakan model organisasi yang relevan dengan kebutuhan masyarakat modern. Moderasi ini bukan hanya tentang menyeimbangkan tradisi dan inovasi, tetapi juga tentang menciptakan harmoni di tengah perbedaan. Mereka tidak hanya bermimpi tentang masyarakat yang lebih baik, tetapi juga bekerja keras untuk mencapainya. Dalam pendidikan, politik, dakwah, dan filantropi, Al Wasliyah telah memberikan dampak yang tak terbantahkan.  Al Wasliyah memulai perjalanannya dari Medan, tetapi dampaknya dirasakan di seluruh Indonesia. Mereka mengajarkan kita bahwa dengan visi yang jelas, komitmen yang kuat, dan keberanian untuk bertindak, tidak ada yang mustahil.

 

“Kisah Al Wasliyah adalah kisah tentang harapan, keberanian, dan ketekunan. Mereka telah membuktikan bahwa Islam adalah agama yang membawa pencerahan, bukan kegelapan,” tutup Warjio. Dalam setiap langkahnya, Al Wasliyah telah menjadi bukti hidup bahwa agama dan kemajuan bukanlah dua kutub yang berlawanan, melainkan dua sisi dari mata uang yang sama. Semoga perjalanan mereka terus menjadi inspirasi bagi kita semua untuk membangun masyarakat yang lebih baik, tidak hanya untuk hari ini, tetapi juga untuk generasi yang akan datang.

SDGs 4SDGsSDGs 16

Detail Paper

JurnalJournal of Ecohumanism
JudulDevelopment Strategy of Islamic Civil Society Organization (Cso) in Indonesia: A Case of Al Jamiyatul Al Wasliyah
PenulisNursapia Harahap (1), Warjio (2), Junita Setiana Ginting (3), Zaharul Abdullah (4), Haykal M. Raihan (5)
Afiliasi Penulis
  1. Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU), Medan-Indonesia
  2. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara (USU), Medan-Indonesia
  3. Program Studi Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara (USU), Medan-Indonesia
  4. Pusat Pengajian Pendidikan Jarak Jauh (PPPJJ), Universiti Sains Malaysia (USM), Penang, Malaysia
  5. Program Studi Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara (USU), Medan-Indonesia

Fitur Aksesibilitas

  • Grayscale

  • High Contrast

  • Negative Contrast

  • Text to Speech

icon

Mengobrol dengan

Halo USU

Halo,
Dengan Layanan Bantuan USU
Ada yang bisa kami bantu hari ini?
- Admin