PIMNAS ke-34 – Mahasiswa USU Teliti Potensi Alam Lokal untuk Deteksi Kanker

PIMNAS ke-34 – Mahasiswa USU Teliti Potensi Alam Lokal untuk Deteksi Kanker
Diterbitkan oleh
Fenny Julistine Tarigan
Diterbitkan pada
Rabu, 10 November 2021

Salah satu tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dari Universitas Sumatera Utara (USU) yang berkompetisi dalam ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) menghadirkan karya berjudul “Pemanfaatan Film Kemosensor Karbon Nanofiber dari Batang Kecombrang (Etlingera elatior) sebagai Bahan Sensitif Diagnostik Kanker Prostat.”
Humas USU – Kanker prostat merupakan penyebab kematian keenam tertinggi di Indonesia, dengan angka sebesar 7,4%. Berdasarkan fenomena tersebut, tim PKM dari Universitas Sumatera Utara (USU) menciptakan karya ilmiah yang berfokus pada pemanfaatan batang kecombrang sebagai bahan dasar pembuatan sensor diagnostik kanker prostat.
Tim yang diketuai oleh Wardhani Septina Sembiring ini terdiri dari mahasiswa lintas disiplin ilmu, yaitu Ilham Prayogo (Kimia), Dhea Alviolita Warman (Agribisnis), Muhammad Nuh Alhudawy (Pendidikan Dokter), dan Yoga Pratama (Fisika). Mereka menggabungkan ide dan keahlian dari masing-masing bidang untuk menghasilkan karya inovatif tersebut.
Dengan memanfaatkan potensi alam lokal di Sumatera Utara, tim ini menggunakan batang kecombrang yang diketahui memiliki kandungan selulosa sebesar 48,48%, sehingga berpotensi dijadikan bahan baku pembuatan thin film atau lapisan tipis untuk sensor kimia.
Dalam wawancara dengan Humas USU pada Jumat (29/10/2021), Wardhani menjelaskan bahwa batang kecombrang memiliki potensi lokal yang belum dimanfaatkan secara optimal, terutama dalam bidang pembuatan sensor. “Batang kecombrang mengandung selulosa tinggi dan dapat digunakan sebagai bahan organik untuk kemosensor. Kandungan ini dapat menjadi alternatif bahan dasar yang ramah lingkungan dan ekonomis,” ujar mahasiswa Fakultas MIPA tersebut.

Lebih lanjut, Wardhani mengungkapkan bahwa alat deteksi kanker prostat yang ada saat ini masih memiliki beberapa kelemahan, seperti biaya yang tinggi, prosedur yang rumit dan menimbulkan rasa sakit, serta waktu pemeriksaan yang cukup lama. “Sensor yang kami kembangkan berbasis urin, sehingga prosesnya non-invasif dan tidak menimbulkan rasa sakit bagi pasien,” tambahnya.
Inovasi thin film chemosensor ini memiliki beberapa keunggulan, di antaranya proses pembuatan yang relatif mudah, tingkat sensitivitas yang tinggi, serta bahan baku organik yang mudah diperoleh dan berbiaya rendah.
Wardhani dan timnya juga telah mengunggah hasil penelitian mereka dalam bentuk artikel ilmiah (journal submission) sebagai salah satu bentuk luaran penelitian tambahan. Mereka berencana melakukan penelitian lanjutan untuk keperluan perbandingan dan penyempurnaan, sekaligus memproses hak paten atas produk yang dihasilkan.
“Selama sesi presentasi di PIMNAS, kami memperoleh banyak masukan berharga dari para juri. Pertanyaannya menantang namun sangat membantu kami untuk mengembangkan produk ini lebih lanjut,” ungkapnya.
Dalam proses penelitian, pembagian tugas dilakukan berdasarkan keahlian masing-masing anggota tim. “Mulai dari pembuatan alat, pengolahan batang kecombrang hingga tahap pengujian sensor urin, semua kami kerjakan sesuai disiplin ilmu dan kapasitas masing-masing,” jelas Wardhani.
Ia juga menyampaikan rasa bangga karena USU menjadi tuan rumah PIMNAS ke-34, serta berterima kasih kepada pihak universitas atas bimbingan dan dukungan yang diberikan. “Kami berharap dapat mengharumkan nama USU dengan membawa pulang medali. Kami juga ingin menginspirasi mahasiswa lain agar terus berinovasi dan memperkuat iklim penelitian di USU,” tutupnya.
(© ULC)
Penulis: Irsan Mulyadi – Humas
Narasumber: –
Fotografer: Humas – Humas