PIMNAS ke-34 – Ilmuwan Muda Beri Dampak Luas dalam Penanggulangan Covid-19

PIMNAS ke-34 – Ilmuwan Muda Beri Dampak Luas dalam Penanggulangan Covid-19
Diterbitkan oleh
Fenny Julistine Tarigan
Diterbitkan pada
Rabu, 10 November 2021

“Peneliti muda dapat mengambil peran dalam melakukan riset terkait Covid-19 dengan menghasilkan pengembangan teknologi kesehatan serta publikasi internasional. Hasil riset tersebut dapat menjadi rekomendasi kebijakan bagi pemerintah. Pada dasarnya, kerja sama dalam penanganan masalah kesehatan memerlukan kolaborasi penta helix, yaitu kolaborasi dari lima unsur yang saling bersinergi: akademisi, pemerintah, masyarakat sipil, pelaku usaha, dan media. Kelima komponen tersebut memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan ekosistem kesehatan yang baik,” ujar Dr. Nana.
Humas USU – Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-34 tahun 2021 yang diselenggarakan di Universitas Sumatera Utara (USU) juga menghadirkan kuliah umum dengan narasumber Plt. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Dr. Nana Mulyana, M.Kes. Kegiatan ini dilaksanakan di Auditorium USU pada Jumat (29/10/2021).
Acara dibuka oleh Wakil Rektor I USU, yang juga merupakan Ketua Umum PIMNAS ke-34 USU 2021, Dr. Edy Ikhsan, S.H., M.A. Dalam sambutannya, beliau menegaskan bahwa bonus demografi harus dikelola dengan bijak. “Bonus demografi dapat membawa manfaat besar, namun juga berpotensi menjadi beban apabila tidak dikelola dengan baik. Kualitas generasi muda harus terus dipantau dan dibina. Jika dikelola dengan tepat, bonus demografi ini dapat menjadi jembatan emas menuju Indonesia maju,” ujarnya.
Dalam paparannya, Dr. Nana menyoroti peran strategis ilmuwan muda dalam pencegahan dan penanganan pandemi COVID-19 yang memberikan dampak luas terhadap keberhasilan pengendalian pandemi. Generasi muda, menurutnya, memiliki kesamaan visi, tingkat kepercayaan tinggi, kemampuan kolaborasi yang kuat, serta dukungan manajemen yang baik.
“Peneliti muda dapat mengambil peran dalam penelitian terkait COVID-19, misalnya dengan menghasilkan pengembangan teknologi kesehatan dan publikasi internasional. Hasil riset ini dapat dijadikan rekomendasi kebijakan bagi pemerintah. Penanganan masalah kesehatan memerlukan kolaborasi penta helix, di mana lima komponen—akademisi, pemerintah, masyarakat sipil, pelaku usaha, dan media—bekerja sama membangun lingkungan kesehatan yang baik,” jelasnya.
Lebih lanjut, Dr. Nana menegaskan bahwa krisis dapat menjadi peluang terbaik untuk melakukan perubahan. Pandemi COVID-19 telah mengubah pola kehidupan manusia secara signifikan, di mana berbagai aktivitas kini harus menyesuaikan dengan protokol kesehatan. “Pandemi COVID-19 menjadikan kesehatan sebagai prioritas utama. Masyarakat kini lebih sadar akan pentingnya kesehatan dan ketahanan sektor kesehatan. Pandemi juga membuka mata kita terhadap berbagai persoalan sistemik yang harus dibenahi untuk meningkatkan kapasitas dan ketahanan sistem kesehatan nasional. Saat ini, sistem kesehatan Indonesia berada pada momen yang tepat untuk melakukan transformasi,” ujar Dr. Nana.

Namun demikian, ia menekankan bahwa Indonesia masih menghadapi sejumlah permasalahan kesehatan yang perlu mendapatkan perhatian serius. “Kebiasaan hidup bersih dan sehat belum sepenuhnya menjadi budaya masyarakat. Indonesia menempati urutan kedua dengan beban penyakit tuberkulosis tertinggi di dunia. Selain itu, 73% kematian di Indonesia disebabkan oleh penyakit tidak menular—lebih tinggi dibandingkan rata-rata kawasan Asia Tenggara sebesar 60%. Sebanyak 39% penduduk berusia 15 tahun ke atas masih merokok, tertinggi di antara negara-negara ASEAN,” paparnya.
Untuk itu, Indonesia perlu memperkuat kemampuan dalam mendeteksi dan merespons krisis di masa depan. Ia menambahkan bahwa sistem informasi dan surveilans harus selalu siaga, serta kapasitas industri, logistik, dan rantai pasok harus diperkuat. “Berdasarkan pelajaran dari pandemi COVID-19 dan kondisi geografis Indonesia yang rawan bencana, dibutuhkan koordinasi lintas sektor untuk meningkatkan kesiapsiagaan nasional dan regional dalam menghadapi krisis di masa mendatang,” lanjutnya.
Dr. Nana juga menegaskan pentingnya peran generasi muda dalam mewujudkan Indonesia yang maju. Menurutnya, generasi muda dapat melakukan berbagai langkah sederhana untuk berkontribusi dalam membangun bangsa yang lebih baik.
“Generasi muda dapat menjadi agen perubahan dengan menumbuhkan kesadaran di tengah masyarakat yang masih rendah semangat kebangsaannya. Peran sebagai kontrol sosial sangat dibutuhkan agar generasi muda terdorong melakukan aksi nyata yang berlandaskan kajian ilmiah dan alasan yang jelas,” tambahnya.
Selain itu, generasi muda juga dapat berperan sebagai kekuatan moral yang memberikan teladan di lingkungannya, sekaligus menjadi calon pemimpin masa depan yang berintegritas, berwawasan luas, dan berjiwa nasionalis untuk membawa Indonesia ke arah yang lebih baik. “Mahasiswa dapat memanfaatkan kampus sebagai miniatur negara, tempat untuk belajar dan mempraktikkan birokrasi positif melalui berbagai organisasi yang ada,” tutup Dr. Nana.
Selain kuliah umum, rangkaian kegiatan PIMNAS ke-34 tahun 2021 di USU juga dimeriahkan dengan kompetisi poster ilmiah yang dapat disaksikan oleh masyarakat umum di Gedung Pancasila USU. Kegiatan tersebut dihadiri oleh mahasiswa dan dosen dari berbagai fakultas di lingkungan USU. Moderator dalam kegiatan ini adalah Wakil Dekan III Fakultas Kesehatan Masyarakat USU, Dr. Inke Nadia Diniyanti Lubis, M.Ked (Ped), Sp.A, Ph.D.
Acara ditutup dengan penyerahan cendera mata dan sesi foto bersama.
(© ULC)
Penulis: Roni Hikmah Ramadhan – Humas
Narasumber: –
Fotografer: Amri Simatupang – Humas