A11Y

HOME

MENU

CARI

Masa Depan Perguruan Tinggi Menghadapi Tantangan Superkompleks

Diterbitkan Pada13 Juli 2021
Diterbitkan OlehBambang Riyanto
Masa Depan Perguruan Tinggi Menghadapi Tantangan Superkompleks
Copy Link
IconIconIcon

Masa Depan Perguruan Tinggi Menghadapi Tantangan Superkompleks

 

Diterbitkan oleh

Bambang Riyanto

Diterbitkan pada

Selasa, 13 Juli 2021

Logo
Download

MEDAN-HUMAS USU : Masa depan perguruan tinggi akan banyak menghadapi tantangan yang sangat kompleks, baik secara struktural maupun kultural.

Superkompleksitas ini menuntut perguruan tinggi untuk mengembangkan 4 unsur kapasitas, yaitu membingkai ulang perubahan yang begitu cepat, memahami dan kritis terhadap keragaman menuntut ilmu, mengadaptasikan agar individu merasa nyaman dalam ketidakpastian dan mengembangkan kekuatan tindakan kritis berdasarkan prioritas.

Image

Hal tersebut disampaikan Ketua Majelis Senat Akademik Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (MSA PTNBH), Prof Dr D A Suriamihardja dalam Sidang Paripurna MSA PTNBH, Sabtu (10/7/2021). Sidang tersebut dilaksanakan secara daring dengan USU berlaku sebagai tuan rumah pelaksanaannya dan diikuti oleh Ketua Senat Akademik beserta tim dari 12 PTN BH di Indonesia. Sidang ini merupakan lanjutan dari sidang paralel MSA PTNBH yang dilakukan pada tanggal 23 januari 2021, yang difasilitasi oleh UPI di Bandung.

Menurut Ketua MSA PTNBH tersebut, diperlukan formulasi baru yang tidak hanya cukup pada pembelajaran yang berbasis pada kompetensi, namun juga harus dapat mengembangkan kapasitas dalam proses pembelajaran. Kepentingan inilah yang melonggarkan keketatan kurikulum program studi menuju Merdeka Belajar Kampus Merdeka.

“Pada masa pandemi ini kita telah mencatat beragam peran dan produk perguruan tinggi dalam memerangi pandemi. Semoga hasil-hasil penelitian tersebut dapat dimanfaatkan oleh pihak industri untuk diproduksi secara meluas. Namun diperlukan uji kelayakan secara teknis, ekonomis dan lingkungan, di samping harus menyesuaikan dengan tuntutan zaman dan pasar. Perguruan tinggi dan dunia industri telah menyadari bahwa terdapat kesenjangan yang harus direduksi oleh kedua belah pihak dan melakukan pendekatan yang serius untuk memanfaatkan bersama potensi sumber daya manusia dan fasilitas yang ada untuk kemajuan bangsa dan negara,” paparnya.

Image

Menurutnya, perjalanan masih panjang untuk meniti ranking terbaik dunia. Aspek penting dalam penitian itu adalah reputasi akademik yaitu sejauhmana fleksibilitas perguruan tinggi kita di mata dunia, jumlah sitasi dari artikel yang dipublikasi, juga jumlah mahasiswa asing yang dimiliki. Untuk memperkuat reputasi akademik ini perguruan tinggi memerlukan beberapa upaya seperti menggalakkan kerja sama pendidikan, kerjasama penelitian dan pertemuan ilmiah dalam tingkat nasional dan internasional.

Sebelumnya, Ketua Senat Akademik Universitas Sumatera Utara yang juga sebagai Ketua Penyelenggara Sidang Paripurna MSA PTNBH, Prof Dr Suwarto, SH, MH, menyatakan bahwa forum yang menghadirkan Dirjen Dikti Prof Ir Nizam, M Sc, DIC, Ph D, IPU, Asean Eng, sebagai keynote speaker dan Direktur Sumberdaya Dirjen Dikti Dr Mohammad Sofwan Effendi, M Ed, serta Wakil Ketua MSA PTNBH Prof Djoko Santoso, dr, Sp PD, Ph D, K-GH FINASIM, sebagai pemantik itu menjadi upaya yang dilakukan untuk membuka ruang diskusi dalam melakukan banyak hal yang sejalan dengan implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka. Sidang Paripurna mengambil tema “Memperkuat Komitmen Pelaksanaan Merdeka Belajar dan Belajar Mandiri, Mereduksi Jurang antara Budaya Perguruan Tinggi dan Budaya Industri, dan Menggalang Kerja Sama dalam Pencapaian World Class University”.

Adapun Rektor USU Dr Muryanto Amin, S Sos, M Si, dalam sambutannya yang sekaligus membuka sidang secara resmi, menyampaikan apresiasinya atas penyelenggaraan kegiatan tersebut. Selain itu, ia mengingatkan bahwa ada banyak hal yang harus didiskusikan dengan serius untuk menuangkan keinginan perguruan tinggi dalam menterjemahkan sinergitas dan kolaborasi perguruan tinggi dengan dunia industri, di mana antara kedua pihak terdapat perbedaan yang sangat mendasar tentang tujuan final yang ingin dicapai. Dunia industri dengan tujuan utamanya yang berbasis pada ranah commercial dan income based, kini diminta untuk bergandengan tangan dan saling bersinergi secara penuh dengan dunia perguruan tinggi yang berlandaskan pada bidang akademik dan kegiatan non profit. Secara kasat mata perbedaan mendasar ini tentu membutuhkan upaya dan pemikiran yang serius untuk menyatukannya sebagai blended learning dan mencapai satu tujuan yakni menciptakan sumber daya manusia yang unggul, siap pakai, kompetitif dan selaras dengan tuntutan kebutuhan dunia kerja yang semakin kompleks.

“Output yang ingin dicapai oleh industri lebih dominan dalam bentuk profit atau keuntungan material. Sementara perguruan tinggi menyandarkan outputnya pada multi benefit yang tidak hanya berupa hal-hal material belaka. Kebermanfaatan bagi kehidupan, baik dalam makna luas maupun sempit adalah tujuan utama dari berbagai kegiatan akademik dan tri dharma yang dilaksanakan oleh perguruan tinggi. Maka untuk mereduksi lebarnya jurang perbedaan itu tentu harus menterjemahkan, menyatukan persepsi dan langkah yang ditujukan bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan oleh perguruan tinggi.Kegiatan magang, riset, hilirisasi produk inovasi dan mengundang para praktisi untuk mengajar adalah beberapa dari banyak contoh kegiatan yang bisa diajukan oleh perguruan tinggi guna melakukan transformasi atas bentuk kegiatan tri dharma perguruan tinggi yang bisa disandingkan dengan keinginan dan kebutuhan dunia industri,” tandasnya.



Author: Renny Julia Harahap - Humas

Interviewee: Prof Dr Suwarto, SH, MH - Ketua Senat Akademik USU

Photographer: Rizki Hakim - Humas

Fitur Aksesibilitas

  • Grayscale

  • High Contrast

  • Negative Contrast

  • Text to Speech

icon

Mengobrol dengan

Halo USU

Halo,
Dengan Layanan Bantuan USU
Ada yang bisa kami bantu hari ini?
- Admin