A11Y

HOME

MENU

CARI

Berkompetisi Secara Daring, USU Raih Prestasi di Ajang IMT-GT

Diterbitkan Pada11 Januari 2022
Diterbitkan OlehBambang Riyanto
Berkompetisi Secara Daring, USU Raih Prestasi di Ajang IMT-GT
Copy Link
IconIconIcon

Berkompetisi Secara Daring, USU Raih Prestasi di Ajang IMT-GT

 

Diterbitkan oleh

Bambang Riyanto

Diterbitkan pada

Selasa, 11 Januari 2022

Logo
Download

Tim seminar terdiri dari Fenny, Sharon (Ilmu Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian USU) dan Evelin (Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya USU) memaparkan jika mereka meraih gelar Best Presentation. Ketiganya berlomba dalam kelas topik yang berbeda. Fenny mengambil topik Deforestation, Sharon dengan topik Sertifikasi, serta Evelin dengan topik Supply Chain.

HUMAS USU - Universitas Sumatera Utara (USU) raih prestasi pada ajang tahunan Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT) yang diselenggarakan secara daring pada Oktober 2021. Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) menjadi tuan rumah dalam perhelatan kali ini. Setidaknya USU meraih prestasi pada kategori seminar dan cultural

Saat diwawancara, tim seminar yang terdiri dari Fenny, Sharon (Ilmu Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian USU) dan Evelin (Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya USU) memaparkan jika mereka meraih gelar Best Presentation. Ketiganya berlomba dalam kelas topik yang berbeda. Fenny mengambil topik Deforestation, Sharon dengan topik Sertifikasi, serta Evelin dengan topik Supply Chain

Sementara pada kategori budaya, USU meraih gelar Best Cultural Performance. Kategori ini diraih setelah tim budaya USU mengalahkan peserta dari 12 universitas lain, yang tersebar di Indonesia, Malaysia, dan Thailand. USU sebelumnya mengirimkan video penampilan kebudayaan berupa tarian yang menjadi bahan untuk diperlombakan pada kejuaraan itu. 

Cerita menarik berasal dari kategori seminar di mana ketiga utusan USU tersebut bergabung dengan peserta lain dalam sebuah kelompok. Panitia memberlakukan kegiatan diskusi kelompok sebelum adanya penilaian presentasi. Alhasil, mereka diharuskan mampu memberikan warna dan berdinamika dengan peserta dari universitas lain, bahkan dengan peserta undangan yang berasal dari Prancis. 

Perbedaan waktu antar peserta yang berasal dari negara berbeda menjadi tantangan tersendiri. Sebelum seminar dimulai, setiap kelompok diharuskan untuk melakukan diskusi terlebih dahulu. Tantangan muncul karena mereka harus menyesuaikan waktu, dan manajemen diskusi sehingga dapat tepat waktu dan diikuti oleh seluruh peserta kelompok.

Fenny menyebutkan jika presentasinya dalam kategori Deforestation menarik perhatian dewan juri, karena juga mensosialisasikan kepada masyarakat mengenai kesadaran akan menjaga ekosistem hutan. Topik Deforestation mengharuskan peserta untuk memberikan gagasan tentang adanya potensi kerusakan lingkungan hutan akibat pembukaan lahan untuk perkebunan sawit. 

Ia menyebutkan jika masyarakat juga harus berperan aktif dalam menjaga ekosistem lingkungan hutan. Saat ini masyarakat hanya memikirkan keuntungan dalam membuka lahan untuk perkebunan sawit. Akibatnya, ekosistem lingkungan hutan dirambah tanpa memikirkan dampak yang diakibatkannya. 

Disamping itu, Sharon juga menceritakan pada topik Sertifikasi, ia membawa isu pentingnya validasi kualitas dalam proses pengelolaan dalam industri kelapa sawit. Validasi kualitas melalui sertifikasi mengharuskan pelaku industri kelapa sawit untuk memenuhi standar kualitas alat, bahan, serta produk yang dihasilkan. Sertifikasi dalam industri kelapa sawit memberikan manfaat untuk melindungi lingkungan dan masyarakat yang menggunakan produk hasil industri kelapa sawit. 

Sementara Evelin yang membahas isu Supply Chain memaparkan proses pengolahan kelapa sawit dari hulu ke hilir. Dalam proses tersebut, Evelin menyebutkan pentingnya penyusunan SOP yang efektif dan efisien untuk mengurangi energi yang digunakan dalam mengolah kelapa sawit. Ia berharap industri kelapa sawit dalam menerapkan penggunaan energi yang ramah lingkungan dalam proses Supply Chain sehingga selain produk yang dapat digunakan masyarakat, prosesnya juga ramah lingkungan. 

Ketiganya sepakat jika isu yang mereka angkat dalam masing-masing topik mengharapkan adanya pembenahan dalam industri kelapa sawit. Tidak hanya berbicara mengenai produk dan proses, mereka juga berharap dampak pada masyarakat luas juga menjadi pertimbangan. Mereka mencontohkan jika area sekitar industri kelapa sawit mengalami jalan rusak akibat mobilisasi kelapa sawit. Masyarakat sekitar menjadi korban dengan pelaku industri yang tidak melakukan perbaikan pada jalan tersebut. 

Sementara pada tim budaya, tantangan untuk dapat menampilkan penampilan terbaik menjadi rintangan tersendiri. Kualitas video, audio, dan editing menjadi nilai tambah dalam video penampilan mereka. Selain itu, banyaknya mahasiswa yang masih di kampung halaman menjadi kesulitan untuk mengumpulkan penari. Total ada delapan penari dan satu presenter dalam tim budaya ini. 

Tim budaya yang diwakili oleh Haris (Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya USU) menyebutkan jika perbedaan konsep dengan peserta lainnya menjadi kunci USU dapat meraih gelar Best Cultural Performance. Dalam tarian dengan judul Endito Ari Ujan yang bertemakan kebudayaan karo menarik perhatian dewan juri. Tarian ini tentu berbeda dengan konsep tarian peserta lainnya, karena digali dari kebudayaan Sumatera Utara. 

Sebelumnya tim budaya USU juga sempat meraih penghargaan dalam ajang IMT-GT di beberapa tahun belakangan. Kekayaan budaya Sumatera Utara menjadi modal besar bagi tim budaya USU. Kreativitas dan inovasi dalam menciptakan koreografi tarian dengan menampilkan kebudayaan Sumatera Utara seakan tidak ada habisnya. 

Haris menyebutkan agar mahasiswa tidak malu dan seharusnya bangga dengan potensi budaya yang ada di Sumatera Utara. Ia menyebutkan saat ini banyak mahasiswa yang tidak begitu peduli dengan kebudayaannya sendiri dan lebih membanggakan kebudayaan asing. Padahal, kebudayaan Sumatera Utara disisi lain dikagumi oleh masyarakat global. 

Terbukti dengan seringnya USU meraih penghargaan dalam kategori kebudayaan. Ia berharap presetasi ini memotivasi mahasiswa untuk terus berkarya dan meningkatkan eksistensi kebudayaan, khususnya kebudayaan Sumatera Utara. Ia memberikan pesan jika bukan kita sebagai mahasiswa yang berkarya dan mengenalkan kebudayaan, maka siapa lagi. 

Hal senada juga disampaikan tim seminar dengan memotivasi mahasiswa agar tidak takut dalam mencoba. Seyogyanya menurut mereka, masa menjadi mahasiswa dihabiskan untuk mencoba berbagai macam kreativitas dan inovasi. Mereka mendorong agar mahasiswa percaya diri dan terus menggali potensi yang mereka miliki untuk memberikan yang terbaik. Disamping itu mereka juga mengingatkan agar setiap perjuangan dan kerja keras mahasiswa agar diiringi dengan doa.

Image


Author: Roni Hikmah Ramadhan - Humas

Interviewee: Fenny - Mahasiswa Fakultas Pertanian USU

Photographer: Rizki Hakim Lubis - Humas

Fitur Aksesibilitas

  • Grayscale

  • High Contrast

  • Negative Contrast

  • Text to Speech

icon

Mengobrol dengan

Halo USU

Halo,
Dengan Layanan Bantuan USU
Ada yang bisa kami bantu hari ini?
- Admin