Mengoptimalkan Pembelajaran Bahasa dalam Kelas Keperawatan





Mengoptimalkan Pembelajaran Bahasa dalam Kelas Keperawatan
Diterbitkan oleh
Dr Erikson Saragih S.Pd., M.Hum
Diterbitkan pada
Rabu, 09 April 2025


Studi ini mengeksplorasi penggunaan translanguaging dalam pengajaran English for Specific Purposes (ESP) untuk mahasiswa keperawatan di Indonesia. Hasilnya menunjukkan bahwa pendekatan ini meningkatkan pemahaman, kepercayaan diri, dan partisipasi mahasiswa dalam proses belajar.
Dalam dunia pendidikan, bahasa sering kali menjadi jembatan yang menghubungkan antara pengajaran dan pemahaman. Seiring dengan kemajuan zaman dan berkembangnya teknologi, semakin banyak pendekatan baru yang digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, terutama dalam konteks pembelajaran bahasa. Salah satu pendekatan yang belakangan ini semakin populer adalah translanguaging. Pendekatan ini memberikan ruang bagi siswa untuk memanfaatkan seluruh repertuar bahasa mereka, baik bahasa ibu (L1) maupun bahasa kedua (L2), untuk memahami materi yang diajarkan. Tidak hanya memberikan keuntungan bagi pembelajaran bahasa, translanguaging juga membawa dampak positif dalam berbagai konteks pendidikan, termasuk dalam pengajaran English for Specific Purposes (ESP) di tingkat pendidikan tinggi.
Translanguaging, yang pada dasarnya mengacu pada penggunaan dua bahasa atau lebih dalam satu konteks pembelajaran, bertujuan untuk menciptakan suasana belajar yang lebih inklusif dan memudahkan siswa dalam memahami materi yang mungkin sulit dipahami jika hanya menggunakan satu bahasa saja. Dalam banyak situasi, terutama di negara-negara non-Inggris, pengajaran bahasa Inggris sering kali dibatasi dengan kebijakan monolingual, yang mengharuskan penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar utama dalam pembelajaran. Namun, kebijakan ini sering kali berhadapan dengan tantangan besar, terutama ketika para siswa memiliki tingkat penguasaan bahasa Inggris yang bervariasi, atau ketika materi yang diajarkan sangat teknis dan membutuhkan pemahaman yang mendalam.
Di Indonesia, penggunaan translanguaging di ruang kelas mulai diterapkan di beberapa universitas, khususnya dalam program ESP untuk keperawatan, di mana mahasiswa dituntut untuk menguasai bahasa Inggris medis yang digunakan dalam dunia profesional mereka. Keperawatan, sebagai bidang studi yang sangat teknis dan berhubungan langsung dengan praktik medis, membutuhkan pemahaman yang tidak hanya berbasis pada bahasa Inggris sehari-hari, tetapi juga melibatkan istilah-istilah medis yang sering kali sulit dimengerti tanpa penjelasan lebih lanjut. Di sinilah translanguaging memainkan peran penting, membantu mahasiswa untuk memahami istilah-istilah tersebut dengan menggunakan bahasa yang mereka kuasai, yaitu bahasa Indonesia.
Sebuah studi yang dilakukan oleh Rohdearni Wati Sipayung (Universitas Simalungun Indonesia), Prof. Erikson Saragih dan Prof. Mahriyuni (Universitas Sumatera Utara Indonesia), Roswani Siregar (Universitas Al-Azhar Medan Indonesia), melibatkan 150 mahasiswa keperawatan dan 5 pengajar ESP, bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana translanguaging diterima dan diterapkan dalam kelas ESP, khususnya di bidang keperawatan. Penelitian ini menggunakan metode campuran, menggabungkan observasi langsung, wawancara semi-terstruktur, dan survei untuk mengumpulkan data dari mahasiswa dan pengajar. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa translanguaging mendapat sambutan positif dari sebagian besar mahasiswa, yang merasa lebih nyaman dan percaya diri saat bisa menggunakan kedua bahasa mereka—bahasa Indonesia dan bahasa Inggris—selama proses belajar.
Mahasiswa yang terlibat dalam penelitian ini mengungkapkan bahwa mereka merasa lebih mudah memahami materi yang diajarkan ketika pengajar menggunakan kedua bahasa tersebut. Dalam beberapa contoh, pengajar menggunakan bahasa Indonesia untuk menjelaskan istilah medis atau konsep-konsep yang sulit dalam bahasa Inggris. Misalnya, istilah medis seperti "high blood pressure" sering kali dijelaskan menggunakan kalimat dalam bahasa Indonesia terlebih dahulu, sebelum diberikan penjelasan lebih lanjut dalam bahasa Inggris. Hal ini membantu mahasiswa untuk lebih memahami konteks dan makna dari istilah tersebut, yang penting dalam profesi keperawatan.
Selain itu, translanguaging juga membantu mahasiswa untuk merasa lebih percaya diri dalam berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Banyak mahasiswa yang merasa cemas atau ragu ketika diminta untuk berbicara dalam bahasa Inggris, terutama ketika mereka tidak sepenuhnya menguasai kosakata medis dalam bahasa Inggris. Dengan menggunakan bahasa Indonesia sebagai jembatan, mereka dapat mengurangi rasa cemas ini dan lebih fokus pada pemahaman materi. Proses ini juga meningkatkan partisipasi mahasiswa dalam diskusi kelas, karena mereka merasa lebih mampu mengungkapkan pendapat dan bertanya tentang materi yang belum mereka pahami.
“Tidak hanya bermanfaat bagi mahasiswa, translanguaging juga memberikan keuntungan bagi pengajar. Dalam penelitian ini, pengajar mengungkapkan bahwa translanguaging membantu mereka menjelaskan materi dengan lebih jelas, terutama untuk mahasiswa dengan tingkat penguasaan bahasa Inggris yang lebih rendah,” kata Prof. Erikson Saragih.
Pengajar merasa bahwa penggunaan bahasa Indonesia sebagai alat bantu dalam mengajarkan bahasa Inggris medis dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang topik-topik kompleks yang diajarkan. Selain itu, penggunaan translanguaging juga memungkinkan pengajar untuk lebih mudah berinteraksi dengan mahasiswa, menciptakan hubungan yang lebih dekat dan menyenangkan dalam kelas.
Salah satu keuntungan besar dari translanguaging adalah kemampuan untuk memfasilitasi interaksi sosial di dalam kelas. Dalam kelas yang menggunakan translanguaging, pengajar tidak hanya bertindak sebagai penyampai informasi, tetapi juga sebagai fasilitator yang membantu menciptakan suasana yang mendukung kolaborasi antar mahasiswa.
Prof. Erikson Saragih menyebutkan dengan mengizinkan penggunaan kedua bahasa, pengajar memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk berbicara lebih bebas, bertanya tanpa rasa takut, dan mendiskusikan materi dengan cara yang lebih mudah dipahami. Ini memperkuat rasa kebersamaan di dalam kelas, meningkatkan solidaritas antar mahasiswa, serta memperkaya interaksi sosial yang dapat memperdalam pemahaman mereka terhadap materi.
Namun, meskipun translanguaging menawarkan banyak manfaat, penggunaan metode ini tidak tanpa tantangan. Salah satu hambatan terbesar adalah kebijakan bahasa yang masih mengutamakan penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar utama dalam pengajaran. Di banyak institusi pendidikan di Indonesia, kebijakan English-only masih sangat dijunjung tinggi, terutama dalam konteks pengajaran ESP dan English as a Medium of Instruction (EMI). Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan penguasaan bahasa Inggris mahasiswa, tetapi sering kali berhadapan dengan kenyataan bahwa tidak semua mahasiswa memiliki kemampuan bahasa Inggris yang memadai untuk memahami materi yang diajarkan secara penuh.
“Beberapa pengajar dalam penelitian ini mengungkapkan rasa khawatir mereka tentang penggunaan translanguaging, merasa bahwa itu bisa menghambat kemampuan mahasiswa untuk belajar bahasa Inggris dengan baik. Beberapa di antaranya berpendapat bahwa penggunaan bahasa Indonesia dalam pengajaran bisa mengurangi kesempatan mahasiswa untuk sepenuhnya menguasai bahasa Inggris, yang sangat penting untuk masa depan mereka di dunia profesional. Mereka khawatir bahwa jika terlalu sering menggunakan bahasa Indonesia, mahasiswa mungkin tidak cukup terpapar bahasa Inggris untuk mencapai tingkat kefasihan yang dibutuhkan di dunia kerja,” sebut Prof. Erikson Saragih.
Namun, meskipun ada kekhawatiran semacam itu, banyak pengajar yang tetap mengakui pentingnya menggunakan translanguaging dalam konteks tertentu. Pengajaran dengan menggunakan translanguaging, menurut mereka, sangat berguna dalam menjelaskan konsep-konsep yang kompleks atau istilah medis yang sangat teknis, yang mungkin sulit dipahami hanya dengan bahasa Inggris.
Prof. Erikson Saragih menjelaskan translanguaging bukanlah tentang mengurangi penggunaan bahasa Inggris, tetapi lebih kepada memfasilitasi pemahaman yang lebih baik tentang materi yang diajarkan. Translanguaging memungkinkan mahasiswa untuk mengakses pengetahuan mereka dengan lebih mudah dan memahami apa yang mereka pelajari, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam bahasa Inggris.
“Translanguaging bukan hanya sebuah teknik pengajaran, tetapi juga sebuah strategi pembelajaran yang inklusif. Dengan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menggunakan bahasa yang mereka kuasai, translanguaging menciptakan lingkungan belajar yang lebih ramah dan terbuka,” papar Prof. Erikson Saragih.
Hal ini sangat penting, terutama dalam konteks pendidikan tinggi, di mana mahasiswa datang dengan latar belakang bahasa yang berbeda-beda dan mungkin memiliki keterbatasan dalam penguasaan bahasa Inggris. Dalam hal ini, translanguaging bukan hanya soal bahasa, tetapi juga soal bagaimana mendekatkan materi pembelajaran kepada pengalaman dan konteks budaya mahasiswa.
Studi ini menunjukkan bahwa penggunaan translanguaging dalam kelas ESP, khususnya di bidang keperawatan, dapat memperkaya pengalaman belajar mahasiswa. Mahasiswa tidak hanya belajar bahasa Inggris sebagai alat komunikasi, tetapi juga mempelajari konsep-konsep medis yang sangat penting untuk profesi mereka di masa depan. Dengan menggunakan translanguaging, mereka dapat menghubungkan pengetahuan bahasa Inggris dengan konteks lokal mereka, sehingga membuat pembelajaran lebih relevan dan bermakna.
Detail Paper
- Departemen Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Simalungun, Indonesia
- Departemen Linguistik, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, Indonesia, 20155
- Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Al-Azhar Medan, Indonesia, 20142