A11Y

HOME

MENU

CARI

Universitas Sumatera Utara Membuat Desa Percontohan Astacita Wisata Pertama di Indonesia - Tantangan dan Inovasi Akademik dalam mewujudkan Visi Presiden Republik Indonesia

Diterbitkan Pada29 September 2025
Diterbitkan OlehRoni Hikmah Ramadhan, S.S.
Universitas Sumatera Utara Membuat Desa Percontohan Astacita Wisata Pertama di Indonesia - Tantangan dan Inovasi Akademik dalam mewujudkan Visi Presiden Republik Indonesia
Copy Link
IconIconIcon

Universitas Sumatera Utara Membuat Desa Percontohan Astacita Wisata Pertama di Indonesia - Tantangan dan Inovasi Akademik dalam mewujudkan Visi Presiden Republik Indonesia

 

Diterbitkan oleh

Roni Hikmah Ramadhan, S.S.

Diterbitkan pada

Senin, 29 September 2025

Logo
Download

Desa Kutagugung, Karo – Dari sebuah desa yang semula penuh keraguan dan konflik aset wisata, kini Desa Kutagugung menjelma menjadi destinasi wisata baru bernama Foursety. Transformasi besar ini lahir berkat aksi heroik Universitas Sumatera Utara (USU) melalui program pengabdian masyarakat yang dipimpin Samerdanta Sinulingga, S.ST.Par., M.Par., bersama dosen lintas fakultas dan mahasiswa yang bergerak langsung di lapangan.

Tantangan yang Menguji Kesabaran: Awal 2025, Kutagugung menghadapi situasi pelik. Konflik dengan investor di Danau Lau Kawar, ketidakpastian legalitas aset wisata, dan ketiadaan penghasilan desa menciptakan kebuntuan panjang. Masyarakat sempat kehilangan kepercayaan pada pembangunan, menyaksikan bantuan pemerintah seperti kolam renang dan pedestrian tak pernah memberi keuntungan finansial. Bahkan, beberapa pihak sempat mendorong demonstrasi besar menuntut keadilan tata kelola wisata. Di tengah ketegangan itu, tim USU hadir bukan hanya untuk memberi penyuluhan, tetapi menciptakan solusi. Bersama Prof. Dr. Nurlisa Ginting, M.Si., Kepala Pusat Unggulan IPTEK Pariwisata Berkelanjutan USU, dan didukung para pakar seperti Prof. Dr. Rudy Sofyan, M.Sc., tim memulai forum ASTACITA Summit 2025—mengintegrasikan pemerintah, akademisi, masyarakat, dan media (model pentahelix) ke dalam kesepakatan damai dan arah pembangunan baru.


Foursety: Simbol Keberanian dan Kolaborasi: Dari forum ini lahirlah Foursety, sebuah nama yang memuat filosofi kolaborasi dan interpretasi. “FOUR” merepresentasikan empat kekuatan: pemerintah, akademisi, masyarakat, dan media, sementara “SETY” dimaknai sebagai kesetiaan dalam kolaborasi dan keberanian menginterpretasikan tantangan menjadi peluang. Foursety bukan sekadar nama, melainkan identitas konseptual baru yang mengikat semangat kebersamaan dan meneguhkan kepemilikan desa atas wisata mereka.


Dalam waktu kurang dari 30 hari sejak promosi dimulai pada 8 Agustus 2025, hasilnya mencengangkan: penghasilan bruto sekitar Rp15 juta berhasil dicapai, titik awal yang menjadi bukti lompatan ekonomi nyata.


Partisipasi Masyarakat yang Menguat: Kesuksesan Foursety tak hanya soal angka. Partisipasi masyarakat kini menguat di semua lini. Seorang warga telah memberikan sebagian lahannya untuk ekspansi kawasan wisata, menandai tumbuhnya kepercayaan dan semangat gotong-royong. Ibu-ibu PKK kini mengelola kantin wisata, pemuda desa berperan sebagai pemandu (guide), dan BUMDes Deleng Lancuk mengelola Unit Wisata yang berpeluang besar berkembang menjadi Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) resmi. Keaktifan warga ini memastikan bahwa wisata tidak hanya dimiliki, tetapi juga dihidupi oleh masyarakatnya.


Inovasi USU: Keberhasilan Foursety tak lepas dari serangkaian inovasi yang dibawa USU. Inovasi Tata Kelola: USU merancang sistem keuangan yang bebas pungli dengan pencatatan transparan dan pembagian hasil yang adil, memastikan setiap rupiah kembali ke desa.


Inovasi Digital: Mahasiswa USU merancang strategi promosi berbasis Instagram dengan perhitungan algoritma dan konten profesional. Hasilnya, akun Foursety mencapai ratusan ribu tayangan, bahkan menembus target 800.000 view pada puncak promosi. Inovasi Sosial: Model kolaborasi pentahelix berbasis aksi nyata memulihkan kepercayaan masyarakat, membalik sikap skeptis menjadi partisipasi aktif. Inovasi Konseptual: Penciptaan identitas dan sistem kolaborasi Foursety menghadirkan novelty bagi dunia pariwisata desa, menegaskan desa sebagai pemilik dan pengelola destinasi. Selain itu, Pusat Unggulan IPTEK Pariwisata Berkelanjutan USU di bawah Prof. Dr. Nurlisa Ginting, M.Si. telah bergerak menyusun grand design pengembangan kawasan, memastikan Foursety tumbuh dengan arah yang jelas dan berlandaskan prinsip keberlanjutan.

 


Momentum Baru Bagi Desa dan Akademisi: Foursety kini menjadi laboratorium hidup bagi mahasiswa USU, tempat mereka belajar manajemen wisata, pemasaran digital, dan pelayanan wisatawan secara langsung. Bagi masyarakat, kehadiran wisatawan yang terus meningkat bukan hanya peluang ekonomi, tetapi juga simbol kepercayaan bahwa desa mereka mampu berdiri sendiri. Transformasi ini menunjukkan bahwa pengabdian masyarakat bisa melampaui sekadar seminar dan pelatihan, menjadi gerakan nyata yang mengubah wajah desa. Dari konflik dan keraguan, Kutagugung kini menatap masa depan sebagai desa wisata percontohan Sumatera Utara yang lahir dari keberanian kolaborasi dan inovasi.


“Foursety bukan hanya destinasi, tetapi bukti bahwa ilmu pengetahuan dapat menyalakan cahaya bagi desa,” tegas Samerdanta Sinulingga, S.ST.Par., M.Par., ketua tim pengabdian USU, yang mengorkestrasi seluruh proses dari gagasan hingga dampak ekonomi.


Dengan langkah ini, Universitas Sumatera Utara membuktikan perannya sebagai pelopor perubahan, menghadirkan inovasi tata kelola, digitalisasi wisata, dan model kolaborasi baru yang dapat menjadi inspirasi bagi desa-desa lain di Sumatera Utara dan Indonesia.

Pengabdian
Kegiatan Pengabdian

Fitur Aksesibilitas

  • Grayscale

  • High Contrast

  • Negative Contrast

  • Text to Speech

icon

Mengobrol dengan

Halo USU

Halo,
Dengan Layanan Bantuan USU
Ada yang bisa kami bantu hari ini?
- Admin