Profesor Mengabdi, Pemberdayaan Tambak





Profesor Mengabdi, Pemberdayaan Tambak
Diterbitkan oleh
David Kevin Handel Hutabarat
Diterbitkan pada
Senin, 02 Agustus 2021


Pemerintah Indonesia telah mengidentifikasi dan mengamankan dana yang bertujuan untuk memulihkan 600.000 hektar areal mangrove yang rusak pada tahun 2021–2024 di 9 provinsi, termasuk Provinsi Sumatera Utara. Hal ini melahirkan ide dan melatarbelakangi terselenggaranya kegiatan Profesor Mengabdi yang dilakukan oleh para dosen USU, yakni dengan pemberdayaan bekas tambak yang melimpah di Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.
Tim Pengabdian Masyarakat Profesor Mengabdi USU, yang diketuai Prof. Mohammad Basyuni, S.Hut., M.Si., Ph.D (Fakultas Kehutanan USU) dengan anggota Prof. Dr. Dwi Suryanto (Fakultas MIPA USU) dan Ipanna Enggar Susetya, S.Kel., M.Si. (Fakultas Pertanian USU), dibantu oleh tiga mahasiswa Program Studi S-2 Kehutanan USU (Yuntha Bimantara, Salma Safrina Harahap, dan Mikrajni Harahap), serta lima mahasiswa Program Studi S-1 Kehutanan dan Manajemen Sumber Daya Perairan USU, pada 21 Juli 2021 lalu, melakukan kegiatan penanaman berbasis ekologi dan hidrologi.
Kegiatan tersebut melibatkan Mugiono, salah seorang warga setempat yang menjadi ketua kelompok nelayan, sebagai ketua mitra, yang bersama para anggotanya menanam 2.000 bibit Avicennia spp (api-api), terdiri dari Avicennia alba dan Avicennia marina. Kegiatan pengabdian masyarakat ini juga bersinergi dengan penelitian mahasiswa S-1 berjumlah 3 mahasiswa yang meneliti pengaruh kegiatan restorasi terhadap perubahan biota, meliputi kepiting, arthopoda, moluska, dan polychaeta, yang dilakukan sebelum dan sesudah (3 bulan) setelah kegiatan restorasi.
Meskipun disadari bagaimana kegagalan restorasi mungkin terjadi di masa lalu, tidak ada studi khusus yang mengevaluasi restorasi masa lalu untuk memandu target masa depan dengan cara yang efektif. Kelompok Nelayan Pak Mugiono ketika didatangi Tim Pengabdian Masyarakat Profesor Mengabdi USU bersedia ketika tambak terbengkalainya digunakan untuk aktivitas restorasi dan ke depannya bisa digunakan untuk tambak silvofisheri atau digunakan model keberhasilan restorasi mangrove pada bekas tambak.
Dalam penelitian tersebut, termasuk di dalamnya kegiatan pengukuran analisis vegatasi, pengambilan sampel tanah untuk dianalisis nitrogen, fosfor, dan karbon serta pengukuran sifat fisik dan kimia air tambak. Sebagai referensi atau standar adalah hutan mangrove alami yang berada bersebelahan dengan lokasi tambak, serta tambak yang memiliki regenerasi alami semai Avicenni di sebelahnya.

Kegiatan pengabdian Profesor Mengabdi diharapkan dapat menjadi solusi permasalahan mitra dan menjadi langkah awal pemanfaatan tambak untuk kegiatan konservasi, dengan merestorasi pendekatan ekologi dan hidrologi, serta dimonitor secara berkala menggunakan alat water logger dan mini buoy.
Kegiatan pengabdian masyarakat skema Profesor Mengabdi ini diharapkan dapat berkontribusi dalam kegiatan restorasi dan juga menjadi model keberhasilan merestorasi bekas tambak yang tidak difungsikan dengan baik, melalui perbaikan tata air (pintu tambak) dan benteng serta penanaman jenis tanaman yang sesuai yakni Avicennia spp, pengukuran keberhasilan restorasi (sebelum dan setelah diterapkan pendekatan ekologi dan hidrologi).
Salah satu motivasi utama restorasi mangrove adalah mengembalikan nilai tinggi ekosistem mangrove untuk keanekaragaman hayati dan beragam jasa ekosistem seperti perlindungan pantai, perbaikan produk ikan, dan produk lain yang secara langsung dan tidak langsung bermanfaat bagi penduduk lokal dan global. Deforestasi berdampak negatif pada 16% hutan bakau global spesies yang terancam punah (Richards & Friess, 2016) dan berkurangnya keanekaragaman hayati mangrove dan penyimpanan karbon di hutan biomassa (Polidoro et al, 2010; Simaliki et al, 2012). Konservasi mangrove serta pengelolaan mangrove yang berkelanjutan diperlukan untuk menjaga keberadaan hutan mangrove dan peningkatan program rehabilitasi dan restorasi.