Ajang Kompetisi Website Aksara Batak: Lestarikan Aksara Lokal





Ajang Kompetisi Website Aksara Batak: Lestarikan Aksara Lokal
Diterbitkan oleh
Bambang Riyanto, S.S., M.Si
Diterbitkan pada
Senin, 08 September 2025


HUMAS USU - Universitas Sumatera Utara (USU) bersama dengan PANDI (Pengelola Nama Domain Internet Indonesia) menyelenggarakan Perlombaan Website Aksara Batak yang diikuti oleh sejumlah peserta dari berbagai kalangan. Perlombaan ini bertujuan untuk melestarikan sekaligus memperkenalkan kekayaan budaya Batak melalui media digital yang mudah diakses oleh masyarakat luas. Dilangsungkan di Aula FISIP, (27/08/2025).
Kompetisi diselenggarakan dalam rangka untuk merancang dan mengembangkan peramban yang memuat aksara-aksara Batak. Dengan diiikuti oleh 250 peserta, website ini akan menjelaskan mengenai setiap karakter pada aksara tersebut, beserta fungsi dan penerapannya.
Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S, Ketua Lembaga Penelitian USU, pada kegiatan ini sebagai wujud komitmen kampus dalam menjaga identitas budaya daerah sekaligus mendorong inovasi digital di bidang kebudayaan. Di Sumatera Utara, terdapat beberapa suku yang menunjukkan bahwa penulisan aksara Batak juga mengalami variasi di setiap karakternya.
“Tujuannya yaitu untuk revitalisasi warisan kepada anak muda. Dengan adanya website ini, orang akan bisa mempelajari aksara dari orang Batak,” ujar Prof. Robert.
Lebih lanjut, Drs. Jekmen Sinulingga, M.Hum, Ketua Program Studi Sastra Batak, menekankan kompetisi yang diadakan ini tidak hanya sekedar sebuah ajang tetapi sebagai kolaborasi antara akademisi, praktisi dan budaya. Mendorong peserta agar tidak hanya menguasai teknologi, tetapi juga memiliki kepedulian dalam melestarikan warisan budaya daerah. Turut serta membantu untuk melindungi simbol-simbol budaya suku batak. “Dengan adanya website ini, dapat membantu melindungi simbol-simbol dan khususnya aksara batak,” ungkap Kaprodi Sastra Batak.
Terakhir, John Sihar Simanjuntak, Ketua PANDI, mengungkapkan aksara Batak tidak hanya menjadi bagian dari sejarah, tetapi juga terus hidup dan relevan di tengah perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat. Bahasa yang harus hidup dan dipergunakan oleh masyarakat di daerah tersebut. Kehadiran teknologi informasi menjadi jembatan penting untuk memperkenalkan identitas suku Batak ke berbagai belahan dunia.
“Tergerak untuk bagaimana komunitas lokal dalam hal ini penggiat aksara-aksara mendorong aksara lokal ke ranah digital,” jelasnya.