Dosen USU Tingkatkan Ekonomi Masyarakat Desa Halaban Melalui Pemanfaatan Lahan Peternakan

Dosen USU Tingkatkan Ekonomi Masyarakat Desa Halaban Melalui Pemanfaatan Lahan Peternakan
Diterbitkan oleh
Renny Julia Harahap
Diterbitkan pada
Rabu, 10 Desember 2025

MEDAN-HUMAS USU: Desa Halaban yang berada di Kecamatan Besitang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, memiliki potensi sumber daya alam yang sangat besar, khususnya di sektor pertanian dan peternakan. Lahan desa yang relatif luas, subur, serta kondisi iklim yang mendukung, menjadi modal utama bagi masyarakat dalam mengembangkan usaha berbasis agribisnis.
Salah satu potensi yang paling menonjol adalah bidang peternakan, karena tersedianya padang rumput, ketersediaan limbah pertanian yang dapat dijadikan pakan ternak, serta pengalaman masyarakat yang sebagian besar sudah terbiasa memelihara ternak, meskipun dalam skala kecil. Meskipun demikian, kondisi sosial ekonomi masyarakat Desa Halaban terbilang masih relatif lemah. Mayoritas masyarakat bekerja sebagai buruh tani atau buruh ternak dengan tingkat pendapatan yang rendah dan tidak stabil. Pola pikir masyarakat lebih banyak terikat pada pekerjaan upahan dibandingkan mengembangkan usaha mandiri. Hal ini berakibat pada rendahnya kemandirian ekonomi dan lambatnya peningkatan kesejahteraan. Program peternakan yang dilakukan sebelumnya tidak berkelanjutan karena keterbatasan modal, lemahnya manajemen usaha, minimnya pendampingan, dan rendahnya motivasi kewirausahaan.
Melihat kondisi tersebut, dua dosen Universitas Sumatera Utara berinisiatif melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat di desa tersebut, menawarkan solusi berupa pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan kelompok ternak yang mandiri dan berkelanjutan. Keduanya yaitu Dr. Abdillah Arif Nst, SE., M.Si. Ak, dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis bertindak selaku ketua, didampingi Aulia Arif Nasution, SH, MH, dari Fakultas Vokasi sebagai anggota. Intervensi dari perguruan tinggi melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat dipandang sangat penting sebagai implementasi tridharma perguruan tinggi.
Program pengabmas di Desa Halaban yang dimulai sejak Juni hingga November 2025, bertujuan untuk meningkatkan ekonomi lokal melalui usaha peternakan berbasis pemberdayaan. Upaya yang dilakukan mencakup solusi berbasis pemberdayaan agar masyarakat mampu mengelola usaha ternak secara mandiri dan berkelanjutan, di antaranya dengan pembentukan kelompok ternak, penyediaan induk ternak dan kandang, pelatihan manajemen usaha dan kewirausahaan, serta pendampingan intensif. Luaran yang dicapai meliputi publikasi, peningkatan kapasitas mitra, dokumentasi kegiatan, serta tumbuhnya semangat gotong royong. Dengan demikian, program ini diharapkan tidak hanya menghasilkan dampak ekonomi jangka pendek, tetapi juga membangun kapasitas masyarakat untuk mengelola usaha secara berkelanjutan.
Menurut Dr. Abdillah Arif Nst, dari pengalaman masyarakat sebelumnya yang pernah mencoba memulai usaha ternak secara mandiri, terdapat beberapa faktor penyebab usaha mereka tidak mampu bertahan lama. Di antaranya; keterbatasan modal, lemahnya manajemen usaha, harga jual tidak berdasarkan analisis usaha, minimnya pendampingan dan transfer ilmu, rendahnya motivasi kewirausahaan dan semakin diperparah dengan terbatasnya akses pasar dan jaringan distribusi. Meskipun hasil ternak memiliki permintaan yang tinggi, masyarakat tidak mampu memasarkan produknya secara maksimal. Perusahaan-perusahaan besar lebih mendominasi usaha peternakan di wilayah ini, sehingga masyarakat setempat hanya berperan sebagai tenaga kerja tanpa kesempatan mengembangkan usaha sendiri.
Selain aspek ekonomi, kegiatan ini juga memiliki dampak sosial yang signifikan. Melalui pembentukan kelompok, masyarakat didorong untuk mengembangkan nilai gotong royong, kebersamaan, dan komitmen kolektif dalam mencapai tujuan bersama. Nilai-nilai sosial ini sejalan dengan butir pengamalan Pancasila, yaitu membangun keadilan sosial dan semangat tolong-menolong dalam kehidupan bermasyarakat.
Selama pelaksanaan, berbagai capaian berhasil direalisasikan lebih baik dari target awal. Kelompok ternak terbentuk dan menjalankan kegiatan secara aktif, pembangunan kandang selesai sesuai rencana, serta induk ternak yang diberikan berkembang dengan baik. Pelatihan manajemen usaha dan kewirausahaan mendapat respons positif dari masyarakat, yang ditunjukkan dengan meningkatnya kemampuan mitra dalam mencatat biaya operasional, menetapkan harga jual, dan mengelola kelompok secara bersama-sama.
Secara keseluruhan, capaian yang diraih tidak hanya terlihat secara fisik, tetapi juga tercermin dari perubahan sikap dan pola pikir masyarakat yang mulai menunjukkan semangat wirausaha, kemampuan bekerja secara kolaboratif, serta kesadaran untuk mengelola usaha secara lebih profesional.(RJ)