Rica Asrosa: Pantang Mundur Meraih Impian

Diterbitkan pada

Diterbitkan oleh

Renny Julia

Thumbnail
WhatsappTwitterFacebook

"Hal yang paling berkesan di hidup saya adalah bisa melanjutkan studi S2 dan S3 di UCL London dengan beasiswa. Ini seperti miracle, keajaiban yang benar-benar tidak pernah dibayangkan sebelumnya bisa saya dapatkan, meskipun saya sangat menginginkannya."

Rica Asrosa, S.Si, M.Sc, perempuan cantik yang dilahirkan di Lhokseumawe pada 3 Oktober 1996, mendapati dirinya sebagai seseorang dengan keberuntungan kerja keras from zero to hero.


Rica adalah salah seorang dosen tetap yang mengajar mata kuliah Fisika di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (F-MIPA) Universitas Sumatera Utara. Rica menyelesaikan pendidikan magisternya dalam waktu dua tahun di University College London (UCL) jurusan Advanced Material Science dengan bekal beasiswa dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Ia juga berhasil lulus dan diterima sebagai awardee LPDP 2021, dan tengah menjalani pendidikan S3-nya di University College London (UCL) dari awal Januari 2022 lalu.


Dosen muda ini tercatat sebelumnya sebagai salah seorang mahasiswi USU berprestasi. Ia pernah menciptakan alat pendeteksi diabetes melalui napas dengan sistem mobile yang sudah diuji klinis. Saat itu ia tergabung dalam TIM Micro Solar Matic (MSM) Departemen Fisika F-MIPA USU. Hasil penelitian ini juga telah dipublikasikan di Jurnal Internasional Bereputasi Sensor and Actuators B.


Nyaris Berhenti Kuliah


Kecintaan Rica Asrosa terhadap dunia pendidikan begitu besar. Sejak dirinya duduk di bangku sekolah dasar, ia telah menyabet beragam prestasi. Meski demikian, perjalanan gadis penyuka warna pink dan cream ini dalam mencapai kesuksesan, ternyata tidak semulus yang dibayangkan orang-orang dan seindah foto-foto yang dibagikannya di akun galeri Instagram miliknya.


“Saya berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja, ayah saya seorang anggota TNI-AD berpangkat sersan dan sudah pensiun. Sedangkan ibu saya bekerja di kantor pertanian di Kutacane. Saya lahir di Lhokseumawe, namun besar di Kutacane hingga SMP. Lalu merantau pertama kali saat melanjutkan SMA di Banda Aceh,” paparnya.


Meskipun Rica dikenal sebagai gadis periang oleh teman-temannya, namun ternyata ia pernah juga mengalami fase terpuruk dan nyaris patah semangat.Saat itu, kondisi finansial keluarganya tengah menurun drastis. Banyak pengeluaran keluarga yang dipangkas, bahkan dihilangkan. Selama mengenyam pendidikan S1 di USU, ia juga harus berhemat dalam hal keuangan. Orangtua tidak mengirimi uang bulanan secara rutin. Melainkan berapa ada dan kapan adanya. Bahkan orang tuanya sempat terang-terangan meminta Rica untuk berhenti kuliah. Namun, Rica tetap teguh pada pendiriannya, demi mengejar impiannya. Ia membulatkan tekad untuk tetap melanjutkan kuliahnya di Universitas Sumatera Utara, meski belum tahu bagaimana caranya.Kisah sedih itu disembunyikannya dengan baik di balik senyuman.


Akhirnya, ia berusaha mencari pekerjaan sampingan yang bisa membiayai kuliahnya. Pagi kuliah, siang jadi asisten peneliti, dan malam harinya ia mengajar les privat. Berkat usahanya dalam meneliti, ia telah berhasil mempublikasikan 4 paper, mendapatkan sertifikat paten dari hasil penelitiannya dan berkesempatan mengikuti beberapa konferensi internasional.


“Saat hampir berhenti kuliah karena finansial keluarga yang memburuk. Itu merupakan titik terendah yang paling membuat saya patah semangat dalam hidup. Saya berinisiatif menawarkan diri membantu seorang dosen dalam me-review research paper, karena saya merasa punya kemampuan bahasa Inggris yang cukup baik. Tidak disangka, malah inisiatif tersebut yang mengantarkan saya untuk bisa sampai di titik sekarang ini. Dalam hidup, saya percaya yang memiliki tanggung jawab sepenuhnya terhadap masa depan yang ingin dijalani adalah diri sendiri. Tidak ada orang yang bisa menolong kita kalau tidak dimulai dari diri sendiri,” paparnya.


Memasuki semester ke-7, ia sudah mulai menyusun skripsi. Selama 3,5 tahun ia menjalani masa jatuh bangun untuk menyelesaikan kuliah. Tekadnya sekeras baja, pantang mundur sebelum menjadi sarjana. Dengan ketekunan dan semangat yang pantang menyerah, Rica berhasil lulus S1 dalam waktu 3,5 tahun dengan predikat Cum Laude.


Ditempa Gelombang Cobaan


Semula, Rica memutuskan ingin bekerja seusai menamatkan kuliahnya. Namun, dosennya mendorong Rica untuk melanjutkan studi S2 lewat beasiswa ke luar negeri. Rica pun tergoda. Akan tetapi, proses untuk mendapatkan beasiswa tersebut tak semudah yang dibayangkannya. Ia harus bekerja keras mencari biayanya.Antara lain dengan mengikuti penelitian dosen, mengajar les, dan bazar buku, yang antara lain hasilnya dipergunakan untuk biaya tes IELTS dan lainnya.


Namun tak ada kerja keras yang sia-sia. Pada tahun 2019 Rica berhasil lolos seleksi beasiswa dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan. Ia diterima di salah satu kampus terbaik di dunia, University College London (UCL) jurusan Advanced Materials Science. Setelah menempuh studi S2 kurang dari dua tahun, Rica berhasil lulus dengan IPK tertinggi dan mendapat penghargaan Distinction (penghargaan tertinggi bagi mahasiswa di kampus Inggris).


Usai menyelesaikan S2, Rica ingin tinggal di London sambil mencari pekerjaan untuk persiapan S3, namun tidak diperbolehkan. "Udah dapat offer dari perusahaannya, tapi sayangnya dari LPDP tidak mengizinkan dan mengimbau untuk segera pulang karena saat itu COVID-19 sedang memburuk," kenang gadis cantik itu.


Dengan sedikit berat hati, ia kembali ke Indonesia. Setibanya di tanah air, ia berjuang mencari pekerjaan dengan melamar ke beberapa universitas di Indonesia seperti Institut Teknologi Bandung hingga Universitas Indonesia. Nasib baik berpihak kepadanya. Universitas Sumatera Utara membuka kesempatan penerimaan dosen tetap. Mengingat ia juga salah seorang alumni dari perguruan tinggi tersebut, Rica pun mendaftarkan diri pada awal tahun 2021, hingga akhirnya diterima menjadi dosen tetap Universitas Sumatera Utara (USU) pada usia 24 tahun. Meskipun sudah bekerja sebagai dosen tetap, Rica tetap tidak melupakan cita-citanya untuk melanjutkan sekolah ke jenjang S3.


Sembari mengajar, dia terus menjalin hubungan dengan teman-temannya di Inggris dan berkonsultasi dengan rekan kerjanya yang lebih senior di USU. Rica memutuskan untuk mendaftar LPDP di tahun 2021 dengan jurusan Advanced Material Science di University College London (UCL) dan diterima sebagai awardee LPDP. Rica berhasil lulus dan mulai menjalani S3-nya pada awal Januari 2022 dan akan memeroleh gelar Ph.D setelah lulus nantinya.


“Hal yang paling berkesan di hidup saya adalah bisa melanjutkan studi S2 dan S3 di UCL London dengan beasiswa. Ini seperti miracle, keajaiban yang benar-benartidak pernah dibayangkan sebelumnya bisa saya dapatkan, meskipun saya sangat menginginkannya,” ujar gadis penyuka lagu-lagu Taylor Swift ini.


Motivasi terbesar Rica Asrosa menempuh semua ini tidak lain adalah untuk membahagiakan orang tua, serta untuk mengaplikasikan ilmu yang telah ia peroleh.


“Saya semakin sadar, motivasi lain yang saya temukan adalah seperti yang dikatakan oleh Confucius bahwa “the essence of knowledge is, having it, to use it’’. Inilah yang akhirnya membuat saya selalu semangat belajar, terus berjuang untuk mendapatkan beasiswa dan melanjutkan studi ke luar negeri. Saya ingin memberikan dampak positif bagi orang lain,” tandasnya. (RJ)


Beasiswa
Accessibility Icon
disability features
accesibility icon
accesibility icon
accesibility icon
accesibility icon
Scroll Down