Raih Gelar Doktor dari USU, Ketua HIPMI Kota Medan Soroti Peran Etnis Tionghoa Pasca Reformasi
 (1).webp?w=1280&q=75)
Raih Gelar Doktor dari USU, Ketua HIPMI Kota Medan Soroti Peran Etnis Tionghoa Pasca Reformasi
Diterbitkan oleh
Renny Julia Harahap
Diterbitkan pada
Selasa, 09 Desember 2025

MEDAN-HUMAS USU: Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Kota Medan, Palacheta Subies Subianto, B.A., M.Sc, berhasil meraih predikat Doktor bidang Studi Pembangunan dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) USU dengan hasil sangat memuaskan, bertempat di Ruang IMTGT Gedung Rektorat USU, Senin (8/12/2025).
Pada sidang terbuka promosi doktor yang dipimpin oleh Wakil Rektor I USU Prof. Dr. Edy Ikhsan, SH, MA, tersebut, Palacheta mengajukan disertasi yang berjudul “Peranan Etnis Tionghoa dalam Pembangunan Pasca Reformasi di Sumatera Utara”. Anggota DPRD Kota Medan dari fraksi Golkar itu menganalisis transformasi peranan etnis Tionghoa dalam Pembangunan pasca reformasi di Sumatera Utara melalui tiga dimensi utama, yakni; politik, ekonomi-sosial, serta pendidikan dan sosial-budaya.
Menurut Dr Palacheta dalam disertasinya, reformasi telah membuka ruang partisipasi yang lebih luas bagi komunitas Tionghoa sebagai bagian integral dari masyarakat multikultural di Sumatera Utara. Hasil penelitian yang dilakukannya menunjukkan bahwa pada bidang politik, etnis Tionghoa telah mengalami pergeseran yang cukup signifikan dari kelompok yang terpinggirkan pada masa Orde Baru menuju aktor politik yang aktif, adaptif dan kredibel dalam ruang publik lokal. Keterlibatan mereka mencerminkan menguatnya integrasi sosial-politik sekaligus berkontribusi pada konsolidasi demokrasi yang lebih pluralis dan inklusif. Proses ini menggambarkan pembentukan project identity (Castells) yang mendorong munculnya identitas kewarganegaraan yang lebih terbuka dan tidak terikat pada eksklusivitas etnis.
Pada aspek ekonomi dan sosial, komunitas Tionghoa memainkan peran strategis melalui penguatan jejaring bisnis berbasis kepercayaan (guansi), modal sosial (Bourdieu, Putnam), serta pengembangan pengembangan filantropis lintas etnis. Kontribusi mereka tidak hanya berorientasi pada kepentingan ekonomi internal, tetapi juga mendorong pemberdayaan masyarakat, peningkatan mobilitas sosial dan perluasan akses pendidikan bagi kelompok rentan.
Sementara dalam bidang budaya, komunitas Tionghoa di Medan memperlihatkan dinamika yang menarik. Di mana identitas Tionghoa di era pasca reformasi mengalami rekonstruksi menuju bentuk yang lebih terbuka, nasionalis dan adaptif.
“Generasi muda Tionghoa kini lebih aktif dalam kegiatan lintas budaya, terlibat dalam organisasi sosial, serta menampilkan ekspresi budaya yang bersinergi dengan nilai-nilai lokal. Peran etnis Tionghoa saat ini tidak lagi dapat dipahami hanya melalui perspektif ekonomi, tetapi harus ditempatkan dalam kerangka yang lebih luas, mencakup aspek sosial, politik, budaya dan pendidikan,” pungkas Dr Palacheta saat mempertahankan disertasinya di hadapan penguji.
Sebelumnya, Dr Palacheta meraih gelar S1-nya dari University of San Francisco USA dan meraih gelar magisternya dari London School of Economic and Political Science, Inggris. Turut hadir dalam kesempatan tersebut Dekan FISIP USU, Kaprodi Studi Pembangunan, promotor, sejumlah dosen dan mahasiswa S3, pihak keluarga dari promovendus serta para praktisi. (RJ)