F-Hut Gelar Pemas Internasional Pemanfaatan Vegetasi Bambu

“Abdimas internasional ini perlu dilaksanakan setiap tahunnya sebagai bentuk implementasi ilmu pengetahuan yang memiliki dampak langsung terhadap masyarakat dan lingkungan,” ungkap Prof Dr Agus Purwoko selaku Wakil Dekan III Fakultas Kehutanan USU yang membidangi Penelitian, Pengabdian Masyarakat, dan Kerja Sama.
27 Desember 2023 /  Renny Julia
   
F-Hut Gelar Pemas Internasional Pemanfaatan Vegetasi Bambu

Fakultas Kehutanan USU melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat (abdimas) skema Pengabdian Masyarakat Internasional pada tanggal 25-26 Oktober 2023 di areal Project Wings Bukit Lawang, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatra Utara.

 

Kegiatan ini diketuai oleh Novita Anggraini, M.Sc, dari Fakultas Kehutanan (Fahutan) USU, berkolaborasi dengan Dr Rahmi Karolina dari Fakultas Teknik USU dan PUI Bambu. Abdimas internasional ini mengusung tema “Konservasi Pinggir Sungai dengan Pemanfaatan Vegetasi Bambu sebagai Penguat Tanggul”.


Mitra kolaborasi luar negeri yang ikut dalam kegiatan ini adalah Dr Rangabhasyiam Selvasembian dari SRM University India dan Dr Lee Sheng Hua dari Universiti Teknologi MARA Malaysia. Selain kedua mitra, peserta yang ikut dalam kegiatan abdimas internasional ini adalah beberapa dosen Fakultas Kehutanan USU, di antaranya Prof Dr Agus Purwoko, Dr Nelly Anna, Dr Ma’rifatin Zahra, Dr OK Hasnanda Syahputra, Dwi Endah Widyastuti, M.Si, Ridahati Rambey, M.Si, dan dosen Fakultas Teknik USU, yakni Dr Ar Achmad Delianur Nasution dan Ir Hilma Tamiami Fachrudin, Ph.D, serta mahasiswa/i dari Fakultas Kehutanan USU, Fakultas Teknik USU, SRM University dan Universiti Teknologi MARA.

 

Kegiatan ini diawali dengan sosialisasi dan pelatihan tentang potensi bambu sebagai tanaman konservasi tanggul sungai, serta pendampingan dan penanaman bambu secara langsung di areal tanggul sungai sebagai upaya mitigasi banjir bandang di Bukit Lawang. Bambu menjadi pilihan jenis vegetasi untuk konservasi tanggul sungai, karena memiliki akar yang dapat berfungsi sebagai penahan erosi, guna mencegah bahaya banjir. Sebagai tambahan informasi, semua jenis bambu dapat dimanfaatkan sebagai penahan erosi, karena memiliki sistem perakaran serabut dengan akar rimpang yang sangat kuat.

 

Jenis bambu yang ditanam merupakan jenis bambu betung dan bambu hitam. Berdasarkan penelitian Putro, Jumari, dan Murningsih (2014), bambu betung memiliki nama latin Dendrocalamus asper, dengan rumpun yang sedikit rapat, warna batang hijau kekuning-kuningan, berukuran lebih besar dan lebih tinggi dari jenis bambu yang lain. Tinggi batang bambu betung bisa mencapai 20 meter dengan ruas cukup panjang dan tebal. Bambu betung memiliki batang yang keras, sehingga baik untuk bahan bangunan. Selain sebagai pencegah erosi dan banjir, bambu betung juga dapat dimanfaatkan untuk saluran air, penampung air aren yang disadap, dinding rumah yang dianyam (gedhek atau bilik) dan berbagai jenis barang kerajinan. Sementara bambu hitam yang memiliki nama latin Gigantochloa atroviolacea, berumpun lebih renggang dan berwarna hijau kehitaman. Pertumbuhan bambu hitam agak lambat dan buluhnya tegak yang bisa mencapai tinggi 20 meter. Selain sebagai pencegah erosi dan banjir, jenis bambu ini sangat baik untuk dibuat alat musik.


“Abdimas internasional ini perlu dilaksanakan setiap tahunnya sebagai bentuk implementasi ilmu pengetahuan yang memiliki dampak langsung terhadap masyarakat dan lingkungan,” ungkap Prof Dr Agus Purwoko selaku Wakil Dekan III Fakultas Kehutanan USU yang membidangi Penelitian, Pengabdian Masyarakat, dan Kerja Sama.

 

Menurutnya, kegiatan ini memiliki potensi kolaborasi dengan mitra USU yang ada di luar negeri dalam rangka membangun dan merestorasi potensi sumberdaya alam yang telah terdegradasi, khususnya yang ada di Sumatera Utara.(RJ) 


  • Lainnya


    Loading...Loading...Loading...Loading...
Accessibility Icon
disability features
accesibility icon
accesibility icon
accesibility icon
accesibility icon
Scroll Down