Dosen USU Kawal Optimalisasi SDA Nias

Diterbitkan PadaSenin, 19 Juni 2023
Diterbitkan OlehFildzah Zata Amani Nasution
Thumbnail
WhatsappTwitterFacebook

"Prof. Lilis mencontohkan Kabupaten Nias yang memiliki sumber daya alam melimpah, salah satunya adalah tanaman kelapa yang tumbuh dengan jumlah sangat banyak. Salah satu hilirisasi potensi tanaman kelapa yang bisa dilakukan bersama-sama dengan Universitas Sumatera Utara adalah menjadikannya sebagai produk kosmetik."

Keberlimpahan sumber daya alam merupakan salah satu potensi yang dapat dikembangkan untuk menjadi sumber pendapatan baru masyarakat. Produk-produk yang dihasilkan melalui sejumlah proses produksi harus dihilirisasi sehingga dapat memberikan feed back dan berkontribusi sebagai salah satu sumber pendapatan bagi pemerintah daerah.

Demikian disampaikan Prof. Ir. Lilis Sukeksih, M.Sc, Ph.D, dosen Fakultas Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara, dalam Forum Group Discussion (FGD) Optimalisasi Potensi Sumber Daya Alam Nias Melalui Pemberdayaan UMKM, yang digelar di Aula Hotel Kaliki Kota Gunungsitoli, 13 Juni 2023.

Dalam pemaparannya ia menerangkan bahwa hilirisasi merupakan suatu strategi untuk meningkatkan nilai tambah komoditas yang dimiliki. Dengan adanya hilirisasi, ke depannya komoditas yang diekspor bukan lagi berupa bahan baku, melainkan berupa barang setengah jadi atau barang jadi. Tujuannya dari hilirisasi adalah untuk memperluas manfaat dan dampak hasil kekayaan sumber daya alam yang dimiliki oleh Republik Indonesia kepada seluruh masyarakatnya.

Prof. Lilis mencontohkan Kabupaten Nias yang memiliki sumber daya alam melimpah, salah satunya adalah tanaman kelapa yang tumbuh dengan jumlah sangat banyak. Salah satu hilirisasi potensi tanaman kelapa yang bisa dilakukan bersama-sama dengan Universitas Sumatera Utara adalah menjadikannya sebagai produk kosmetik. Kosmetik adalah zat perawatan yang digunakan untuk meningkatkan penampilan atau aroma tubuh manusia, umumnya merupakan campuran dari beragam senyawa kimia, beberapa terbuat dari sumber-sumber alami dan kebanyakan dari bahan sintetis.

Dengan luas wilayah 853,4 km2, Kabupaten Nias memiliki jumlah penduduk sebanyak 1 juta jiwa. Sementara luas kebun kelapa yang terdata sebanyak 44.486 Ha yang menghasilkan buah sebanyak 34.900 ton. Produk yang dihasilkan dari pohon kelapa berupa kelapa segar, kopra hitam, kopra putih, minyak kelapa, VCO, batok kelapa, sabut dan lain-lain, umumnya dikirim ke Kota Medan. Sementara itu, masyarakat Nias memiliki kebutuhan pokok berupa minyak goreng, sabun mandi, sampo, sabun cuci baju dan sabun cuci piring yang dikirim dari Medan. Jarak dan waktu tempuh mengakibatkan harga jual hasil kebun kelapa di tingkat petani rendah, sementara harga kebutuhan pokok berasal dari turunan kelapa yang dibeli dari daerah lain di luar kabupaten Nias menjadi lebih mahal.

“Sekarang masyarakat Nias itu semua kebutuhannya dibeli dari Pulau Sumatera. Sementara kelapa mereka hanya dijual seharga 750 rupiah, naik kapal 8 jam, lalu dari Sibolga naik bus 8 jam, akhirnya harga jual sampe di Medan sudah seharga 7 ribu rupiah. Naik seribu persen dan rakyat nggak dapat apa-apa. Produk turunan kelapa, sampo, sabun, minyak goreng, semua datang dari Medan dan kota-kota lain di Sumatera. Semua harus beli dari Medan dan harganya di sana sangat mahal. Rakyat tidak berdaya apapun. Ironis sekali, sementara kelapanya berlimpah di sana. Nantinya diharapkan jika di sana sudah ada berdiri pabrik minyak kelapa, sampo, sabun, dan ada produk turunan lainnya, diharapkan itu tidak masuk lagi dari Medan. Sehingga uang itu bisa berputar di Nias, terjadi penyerapan tenaga kerja dan pendapatan masyarakat pun meningkat. Itu tujuan dari hilirisasi produk kelapa ini nantinya. Kita berharap, setelah FGD ini proses menuju ke sana dapat berjalan dengan lancar,” papar Prof. Lilis yang ditemui seusai pelaksanaan FGD.

Menurutnya, syarat untuk komersialisasi itu tidak sulit. Paling utama adalah produk harus memenuhi standar kualitas berdasarkan SNI, seperti bebas kandungan alkali, pH, dan lain-lain. Selain itu produk harus diproduksi di pabrik yang berstandar CPKB (Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik) BPOM dan memiliki izin edar dari BPOM.

Prof. Lilis menegaskan dalam pemaparannya, bahwa peran nyata UKM adalah membangun ekonomi daerah, mengurangi angka kemiskinan masyarakat, membangun kemandirian ekonomi mikro, mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga, menciptakan dan menyediakan lapangan pekerjaan serta mengurangi pengangguran.

“Keunggulan konsep UKM adalah kemampuan fokus di sektor yang spesifik, struktur biaya rendah, fleksibilitas operasional dan kecepatan inovasi. Namun ada juga kelemahannya, yakni kurang profesional dalam menjalankan aktivitas, keterbatasan teknologi, masalah bahan baku, kesulitan pemasaran, keterbatasan finansial dan keterbatasan SDM,” ujar dosen yang juga menjadi CoFounder/Pendiri CV Artsari.

Menurut Prof. Lilis, respon dan antusiasme dari masyarakat terhadap FGD sangat luar biasa. Turut hadir sekitar 50 UMKM, pemuka agama, tokoh masyarakat dan tokoh perempuan. “Dalam acara tersebut juga ada pameran UMKM, demo pembuatan produk shampo dan sabun. Bahan baku kelapa luar biasa melimpah di Nias. Ada 10 UMKM yang akan dipilih untuk ikut pelatihan di USU selama 5 hari untuk pembuatan natadekoko air, sabun shampoo dan VCO. Pelatihannya dimulai dari kelapa sampai jadi VCO, sampai jadi sabun, proses packing semua hingga marketing dan masuk marketplace. Diperkirakan Agustus atau September untuk pelatihannya dan pendanaannya melalui TJSL (tanggung jawab sosial lingkungan) PT Pelindo,” terang Prof. Lilis.

Ia juga menyatakan bahwa tim USU juga akan terus memantau perkembangan pelaku UMKM yang ikut serta dalam pelatihan.

“Dalam FGD yang berlangsung selama tiga hari ini, Alhamdulillah output tercapai semua. Materi saya fokus pada potensi Nias, kondisinya sekarang dan bagaimana yang diharapkan di masa mendatang. Tahun depan replikasi pabrik inshaa Allah akan dibuat di Kota Gunungsitoli,” pungkasnya optimis. (RJ)

Kegiatan Universitas
Kegiatan Pengabdian

Detail Paper

Accessibility Icon
disability features
accesibility icon
accesibility icon
accesibility icon
accesibility icon
Scroll Down